Menyingkap Berita Tanpa Ditutup Tutupi
Home » , , » Sanksi Kepada Wisatawan, Kawal Perempuan Melahirkan, Pulau Bali Gelap Gulita

Sanksi Kepada Wisatawan, Kawal Perempuan Melahirkan, Pulau Bali Gelap Gulita

Written By Dre@ming Post on Selasa, 01 April 2014 | 9:34:00 AM

Desa Adat Kuta, Kabupaten Badung, menerjunkan 39 personel pecalang (pengamanan adat Bali) untuk menjaga keamanan dan kenyamanan saat pelaksanaan Catur Brata Penyepian.
Pecalang Kawal Perempuan Melahirkan

Denpasar - Sejumlah petugas keamanan desa adat di Bali atau "pecalang" mengawal seorang perempuan saat hendak melahirkan bayinya di RSUD Wangaya, Denpasar, pada Hari Raya Nyepi, Senin.

"Tadi pagi ada perempuan dari Sibang Kaja (Kabupaten Badung) mau melahirkan. Akhirnya kami kawal sampai RS Wangaya," kata Ida Bagus Miartha selaku Koordinator Pecalang Dusun Adat Mekarsari, Kota Denpasar.

Dari Sibang Kaja menuju RSUD Wangaya di Jalan Kartini, Denpasar, berjarak sekitar 12 kilometer sehingga melintasi beberapa dusun adat atau "banjar".

"Keluarga perempuan tersebut menunjukkan surat dari desa adat asalnya setiap kali melewati banjar," kata Miartha yang wilayah tugasnya berjarak sekitar 1,5 kilometer dari RSUD Wangaya.

Menurut dia, sampai saat ini beberapa anggota keluarga perempuan tersebut diizinkan melintasi wilayahnya untuk mengambil berbagai keperluan saat persalinan.

Selain kelahiran, di Kota Denpasar juga dikabarkan ada seorang warga yang meninggal dunia menjelang Hari Raya Nyepi.

"Tadi malam ada warga kami yang meninggal dunia. Dia dari keluarga muslim. Beberapa sanak keluarga diizinkan ke luar rumah untuk mengurus berbagai keperluan," kata Miartha.

Menurut rencana, jenazah warga Dusun Adat Mekarsari itu dikebumikan di permakaman Islam di Jalan Maruti, Denpasar, Selasa (1/4) pagi.

"Kalau sekarang tidak mungkin. Maka jenazahnya baru bisa dimakamkan besok pagi," ujar Miartha.

Desa Adat Kuta Berlakukan Sanksi Kepada Wisatawan

Kuta - Desa Adat Kuta, Kabupaten Badung, memberlakukan sanksi tegas kepada para wisatawan dan masyarakat yang secara sengaja melakukan pelanggaran Hari Raya Nyepi, Senin.

"Kami sudah menginformasikan sebelumnya kepada semua pengelola hotel agar diinformasikan kepada seluruh tamunya utuk tidak melanggar pelaksanaan hari suci umat Hindu di Bali," kata Bendesa Adat Kuta Wayan Swarsa.

Ia menjelaskan bahwa banyak jenis sanksi yang akan diterapkan jika ada pelanggaran, di antaranya teguran dan denda. "Tergantung berat atau ringannya pelanggaran yang dilakukan," ujarnya.

Bahkan pada pukul 08.00 Wita ada dua orang wisatawan sempat berjalan menuju ke depan hotel tempat menginap sehingga pecalang (aparat keamanan di Bali) memberikan teguran dan berbicara dengan pengelola hotel.

Namun, karena wisatwan itu baru pertama ke Bali dan mengaku tidak mengetahui ada kegiatan suci itu maka dia hanya diberikan teguran.

39 Pecalang Jaga Kuta

Kuta - Desa Adat Kuta, Kabupaten Badung, menerjunkan 39 personel pecalang (pengamanan adat Bali) untuk menjaga keamanan dan kenyamanan saat pelaksanaan Catur Brata Penyepian.

"Kami akan memaksimalkan personel yang ada untuk menjaga keamanan pelaksanaan Nyepi selama 24 jam," kata Bendesa Adat Kuta Wayan Swarsa di Kuta, Kabupaten Badung, Senin.

Selain itu, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan aparat Kepolisian Resor Kota Denpasar jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Oleh karena itu, dia mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan tidak lengah agar tidak terjadi tindak kriminal saat pelaksanaan Catur Brata Penyepian.

Dengan upaya pengamanan maksimal dari desa adat dan kepolisian dipastikan semua kawasan pariwisata tersohor di Pulau Dewata itu tetap aman dan damai.

Sebelumnya Komando Distrik Militer 1611/Badung akan mambantu aparat Kepolisian Resor Kota Denpasar dalam pengamanan selama rangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1936 yang jatuh pada Senin, 31 Maret 2014.

"Kami siagakan satu peleton petugas untuk membantu pengamanan serangkaian Nyepi," kata Komandan Kodim 1611/Badung, Letnan Kolonel (Arh) Made Kusuma Dyan Graha.

Pulau Bali Gelap Gulita

Denpasar - Pulau Bali gelap gulita saat umat Hindu menunaikan ritual Tapa Brata Penyepian menandai Tahun Baru Caka 1936, Senin malam.

Salah satu dari empat pantangan pada malam pergantian tahun Caka itu adalah "Amati Geni" atau tidak menyalakan api maupun lampu penerangan.

Dengan demikian suasana gelap gulita terjadi di mana-mana< Masyarakat sejak pagi hari telah mengurung diri di dalam rumah masing-masing.

Pada malam kegelapan itu petugas keamanan desa adat (pecalang) dan tokoh masyarakat di masing-masing desa adat (pakraman) memantau wilayahnya masing-masing.

Penerangan di jalan umum dan rumah-rumah penduduk dipadamkan sehingga terjadi penghematan energi selama sehari.

Hotel di kawasan Sanur, Kuta, Nusa Dua, dan pusat-pusat kawasan wisata lainnya di Bali jauh sebelumnya telah diimbau untuk sedapat mungkin tidak menyalakan listrik yang sinarnya sampai memantul ke luar.

Hampir tidak ada lampu yang menyala, hanya kegelapan dan kesunyiaan yang nyaris menjadikan Pulau Seribu Pura itu bagaikan "pulau mati tanpa penghuni".



sumber : antarabali
Share this article :

Dunia Bintang School

Visitors Today

Recent Post

Popular Posts

Hot Post

Dua Pemancing Tergulung Ombak Di Tanah Lot Masih Misteri

Dua Orang Hilang di Lautan Tanah Lot, Terungkap Fakta: Istri Melarang dan Pesan Perhatikan Ombak TABANAN - Sekitar sembilan jam lamany...

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bali - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen