Menyingkap Berita Tanpa Ditutup Tutupi
Home » , » 7 Pembantu Disekap di Pabrik Kopi

7 Pembantu Disekap di Pabrik Kopi

Written By Dre@ming Post on Jumat, 07 Maret 2014 | 8:28:00 AM

Tujuh pembantu rumah tangga yang semuanya asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), diduga mengalami penyekapan dan penyiksaan di pabrik kopi milik majikannya di Jalan Kertanegara Denpasar. Tiga (3) dari 7 pembantu korban penyekapan ini berhasil kabur, Kamis (6/3) siang, sementara 4 korban lainnya masih terperangkap di rumah majikannya. Gbr Ist
DENPASAR - Tujuh pembantu rumah tangga yang semuanya asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), diduga mengalami penyekapan dan penyiksaan di pabrik kopi milik majikannya di Jalan Kertanegara Denpasar. Tiga (3) dari 7 pembantu korban penyekapan ini berhasil kabur, Kamis (6/3) siang, sementara 4 korban lainnya masih terperangkap di rumah majikannya.

Pembantu asal Kupang yang berhasil kabur, Kamis siang sekitar pukul 13.00 Wita, masing-masing Zuleta Gusmau, 18, dan Regina Benge, 20. Keduanya berhasil kabur dari rumah majikannya, yang disebutkan bernama I Wayan Mahendra, berkat bantuan rekannya, Andre Veka, 25---satu-satunya korban lelaki. Sedangkan dari 4 pembantu perempuan yang masih berada dalam penyekapan di rumah majikannya yang sekaligus jadi tempat pabrtik kopi, 2 orang di antaranya tergolong gadis bawah umur: Felinda Asna, 15, dan Agnes, 15. Sementara 2 pembantu lainnya adalah perempuan dewasa, yakni Dina dan Rika. Kasus dugaan penyekapan dan penyiksaan pembantu di pabrik kopi ini baru terungkap setelah 2 korban, yakni Zuleta Gusmau dan Regina Benge, berhasil kabur atas bantuan Andre Veka, Kamis siang pukul 13.00 Wita.

Mereka kemudian dibawa ke Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) PETA di Jalan Pidada Denpasar, untuk mendapatkan pendampingan. Oleh LBH PETA, kasus dugaan penyekapan pembantu di pabrik kopi ini kemarin siang langsung dilaporkan ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Denpasar. Laporan di Unit PPA Polresta Denpasar tercatat dengan nomor LP/III/2014/Bali/Resta Dps Tanggal 6 Maret 2014. “Mereka (korban Zuleta Gusmau, Regina Benge, Andre Veka) datang ke sini (Kantor LBH PETA) mengaku telah disekap dan dipekerjakan secara tidak layak oleh majikannya. Mereka bekerja tanpa dibayar, bahkan kerap dipukuli kalau salah,” ungkap pengacara LBH PETA, Sulla Doleng SH, didampingi tiga rekannya yakni I Putu Suyanta, Lies Soebaryo, dan Budi Raharjo. Berdasarkan pengakuan 2 pembantu asal Kupang yang berhasil kabur, menurut Sulla Doleng, masih ada 4 korban penyekapan lainnya yang terperangkap di rumah majikannya, Jalan Kertanegara Denpasar.

Sulla Doleng sendiri mengatakan pihaknya masih melakukan kordinasi dengan Unit PPA Polresta Denpasar untuk membebaskan 4 pembantu lainnya yang masih disekap di rumah sang majikan yang sekaligus digunakan sebagai pabrik kopi ini. “Mereka kerja di sana 7 orang. Tapi, hanya 3 orang saja yang berhasil kabur. Sedangkan 4 korban lagi masih di rumah majikannya,” jelas Sulla Doleng. Menurut Sulla Doleng, kemarin siang pihaknya sudah langsung melaporkan kasus ini ke Unit PPA Polresta Denpasar. Dalam laporan bernomor LP/III/2014/Bali/Resta Dps tertanggal 6 Maret 2014 itu, ada dua orang yang dilaporkan, yaitu I Wayan Mahendra selaku majikan yang diduga lakukan penyekapan dan PT Bu Jero selaku penyalur tenaga kerja.

“Mereka jadi terlapor dengan pasal 2 ayat 1 UU No 21 Tahun 2007 tentang Perdagangan Manusia,” beber Sulla Doleng. Sementara, korban Zuleta Gusmau mengaku nekat kabur dari rumah majikannya, karena sudah tidak kuat menanggung derita. Remaja berusia 18 tahun asal Kupang ini mengaku sudah bekerja selama hampir 2 tahun tanpa digaji di rumah majikannya. “Saya kerja di sana (rumah Wauyan Mahendra) mulai April 2012 dan sampai sekarang tidak pernah dapat gaji,” tutur Zuleta Gusmau. Zuleta Gusmau mengisahkan, dirinya bekerja di pabrik kopi yang masih berada di areal rumah majikannya di Jalan Kertanegara Denpasar itu bersama 6 temannya. Mereka harus kerja rodi sejak pagi pukul 06.00 Wita hingga petang pukul 18.00 Wita.

Bahkan malamnya, setiap pembantu ini juga digilir untuk bekerja di Warung Mangsi milik majikannya di Jalan Hayam Wuruk Denpasar mulai pukul 19.00 Wita hingga dinihari pukul 01.00 Wita. Sudah bekerja tanpa digaji lebih dari 12 jam per hari, Zuleta Gusmau cs justru hanya diberikan jatah makan dua kali: siang dan malam. Mirisnya lagi, Zuleta Gusmau, mereka hanya makan nasi jagung tanpa lauk. “Kami biasa makan nasi jagung. Kalau kebagian tugas jaga warung malamnya, kita dikasi makan nasi jingo, itu pun hanya satu bungkus. Kadang kita terpaksa makan bekas pengunjung,” tuturnya lirih. Menurut Zuleta Gusmau, mereka juga kerap dipukul majikannya jika melakukan kesalahan. Bukan hanya itu. Setiapkali jatuh sakit, Zuleta Gusmau mengaku tidak pernah diajak berobat, melainkan tetap disuruh bekerja.

“Semua pembantu dilarang keluar rumah tanpa seizin majikan. Kita hanya boleh keluar rumah kalau antar barang saja atau ke warung. Kalau tidak, kami hanya kerja di rumah dan tidak boleh keluar,” imbuhnya. Paparan senada juga disampaikan korban Regina Benge. Perempuan berusia 20 tahun ini mengaku bekerja di rumah majikannya itu selama 5 bulan, sejak November 2013. Regina Benge sendiri datang ke Bali melalui penyalur tenaga kerja bernama Felix, yang berada di Kupang. Mulanya, Regina dibawa Felix ke Bali pada September 2013. Kemudian, Regina dibawa ke penyalur tenaga kerja PT Bu Jero yang bermarkas di Denpasar. “Saya lalu dibawa ke rumah majikan saya sekarang untuk kerja di pabrik kopi. Tapi, saya tidak tahu berapa gaji saya sesungguhnya, karena tidak pernah diberikan sampai sekarang,” keluh Regina. Syukurnya, Regina mengaku belum pernah mendapat siksaan dari majikannya.

Namun, Regina tetap tidak kuat bekerja rodi sejak pagi hingga malam. Menurut Regina, saat ini masih ada empat temannya yang berada di rumah majikannya tersebut, yaitu Felinda Asna, Agnes, Dina, dan Rika. “Mereka juga mau kabur, tapi tidak sempat. Mereka tidak tahan disana karena tidak dibayar gajinya. Felinda dan Agnes umurnya baru 15 tahun,” ungkap Regina. Dikonfirmasi secara terpisah, Kamis kemarin, Kasat Reskrim Polresta Denpasar Kompol Benny Murjayanto membenarkan pihaknya menerima laporan korban penyekapan. “Sekarang masih laporan. Nanti baru kami proses,” tandas Benny Murjayanto. Sementara itu, Wayan Mahendra yang dihubungi per telepon tadi malam, membenarkan dirinya selaku majikan tidak memberikan gaji kepada karyawan. Menurut Mahendra, 7 karyawan perempuannya tersebut merupakan pegawai outsorcing dari penyalur tenaga kerja PT Bu Jero.

"Mereka itu pegawai outsorching dari PT Bu Jero. Jadi, saya sudah bayar ke PT Bu Jero," dalih Mahendra. Bahkan, Mahendra mengancam akan segera melaporkan PT Bu Jero ke polisi karena dianggap telah melanggar kesepakatan. "Saya juga akan tuntut balik PT Bu Jero," ancam Mahendra. Terkait pola makan 7 pekerjanya yang mengaku hanya diberikan jatah dua kali sehari, juga diakui Mahendra. Dia juga mengatakan sempat memukul salah satu pegawainya bernama Gina, karena kelakuannya yang sering kencan dengan pria sembarangan. "Dia itu (Gina) orangnya bengkung, makanya sempat saya pukul," beber Mahendra.



sumber : NusaBali
Share this article :

Dunia Bintang School

Visitors Today

Recent Post

Popular Posts

Hot Post

Dua Pemancing Tergulung Ombak Di Tanah Lot Masih Misteri

Dua Orang Hilang di Lautan Tanah Lot, Terungkap Fakta: Istri Melarang dan Pesan Perhatikan Ombak TABANAN - Sekitar sembilan jam lamany...

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bali - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen