Saat ditemukan tewas di selokan, Jumat subuh sekitar pukul 05.30 Wita, mayat anggota ormas asal Banjar Biya, Desa Keramas ini dalam kondisi terluka gorok cukup dalam di pangkal leher. Selain itu, juga ditemukan tiga luka tusukan pisau pada punggung kanan. Informasi di lapangan, kematian tragis korban Gede Wara Widarta pertama kali diketahui sejumlah warga, termasuk Jro Mangku Dalem Sakti, Desa Pakraman Keramas. Pagi itu, Jro Mangku Dalem Sakti dan warga lainnya sedang melintas di TKP dan melihat ada orang tidur terguling. Semula, orang tidur terguling itu diduga mabuk.
Ternyata, orang terguling itu tidak bangun-bangun. Setelah diamati, ternyata sudah jadi mayat dengan kondisi terluka gorok di bagian leher dan luka tusuk pada pungguh kanan. Jro Mangku Dalem Sakti kemudian menelepon Kepala Desa (Perbekel) Keramas, I Gusti Agung Bagus Arta Wijaya, untuk memberitahuan temuan heboh di selokan Gang Rajawali I Banjar Gelgel tersebut. Begitu mendapat pemberitahuan, Perbekel IGA Bagus Arta Wijaya langsung melaporkan kasus ini ke Polsek Blahbatuh. Polisi pun terjun ke lokasi TKP. Berdasarkan hasil identifikasi di TKP, polisi memastikan korban tewas di selokan ini adalah Gede Wara Widarta, seorang anggota ormas yang notabene menantu dari I Wayan Suarto, 50, asal Banjar Biya, Desa Keramas.
Pada saku celana korban ditemukan kunci sepeda motor dan STNK kendaraan DK 6853 DQ, sejumlah uang, dan surat-surat pribadi lainnya. Korban Gede Wara Widarta sendiri bukanlah warga asli kelahiran Desa Keramas. Dia sejatinya berasal dari Banjar Madangan, Desa Petak, Kecamatan Gianyar, tapi menikah nyentana (sebagai pradana) dengan Ni Wayan Sutari, 28, putri dari Wayan Suarto di Banjar Biya, Desa Keramas. Dari hasil olah TKP kemarin pagi, polisi tidak menemukan barang bukti berupa senjata tajam yang dipakai pelaku menghabisi nyawa korban. Karena itu, polisi belum berani memastikan apakah anggota ormas ini memang benar tewas dibantai anggota ormas lainnya. Namun, kuat dugaan korban memang dibunuh dengan cara digorok lehernya.
Menurut Kapolres Gianyar, AKBP Hadi Purnomo, pihaknya mencium dugaan korban tewas dibunuh karena sebelumnya di sekitar lokasi TKP ada perkelahian antar anggota ormas. “Tapi, kami belum berani memastikan apakah korban tewas karena dibunuh sekolompok orang atau akibat berkelahi. Kami masih tunggu hasil visum. Bila perlu, dilakukan otopsi dan penyelidikan lebih lanjut,” ujar Kapolres Hadi Purnomo, yang kemarin pagi memimpin langsung pasukannya mengevakuasi jasad korban dari lokasi TKP bersama Kasat Reskrim Polres Gianyar, AKP I Nengah Sadiarta. Sementara, Perbekel Keramas IGA Bagus Arta Wijaya mengakui di seputar lokasi TKP sempat terjadi keributan antar kelompok ormas, Jumat dinihari sekitar pukul 01.30 Wita. Karena perkelahian itu, Perbekel Keramas ini sampai begadang bersama prajuru desa, sambil berjaga-jaga sampai pukul 03.30 Wita. Ternyata, berselang 2 jam kemudian, korban Gede Wara Widarta ditemukan tewas mengenaskan di selokan Gang Rajawali I Banjar Gelgel, Desa Keramas. “Kami benar-benar tidak terima dengan kejadian ini.
Apalagi, korbannya adalah warga kami,” cetus Perbekel IGA bagus Arta Wijaya, Jumat kemarin. Perbekel Keramas ini menduga korban Gede Wara Widarta dibunuh di tempat lain, namun mayatnya dibuang di TKP. Dugaan itu semakin kuat, karena tidak ditemukan adanya ceceran darah di sekitar TKP. “Kami berharap polisi segera mengungkap pelakunya. Karena kami juga harus mengupa ayu (membuat upacara pembersihan karena leteh niskala akibat kasus opembunuhan warganya).” Sembari melakukan penyelidikan, polisi kemarin pagi langsung mengirim mayat korban Gede Wara Widarta ke Instalasi RS sanglah, Denpasar untuk kepentingan otopsi. Sebelum diotopsi, petugas medis RS Sanglah kemarin melakukan pemeriksaan luar jasad korban. Dari pemeriksaan medis, ditemukan 4 luka tusukan cukup parah di punggung korban. "Belum ada proses pembusukan, karena diperkirakan korban tewas beberapa jam sebelum jasadnya ditemukan,” ungkap Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, dr Dudut Rustyadi SpF.
Sementara, hasil penyelidikan dan pengembangan kasus yang dilakukan jajaran kepolisian langsung m,embuahkan hasil, Jumat sore. Pasalnya, polisi berhasil menemukan I Wayan Sudarsana alias Tako, pemuda berusia 20 tahun asal Banjar Gelgel, Desa Keramas yang diduga sebagai pelaku pembantaian korban Gede Wara Widarta. Pelaku Wayan Sudarsana diamankan ke Mapolres Gianyar. Selain mengamankan pelaku, polisi juga memanggil sejumlah saksi untuk disidik di Mapolres Gianyar. Dari keterangan beberapa saksi dan penjelasan pelaku Sudarsana sendiri, kasus ini merupakan buntut dari keributan yang terjadi tiga hari sebelumnya. Ketika itu, terjadi keributan antara pelaku Sudarsana vs korban Wara Widarta, yang sama-sama anggota ormas dari kelompok berbeda.
Keributan itu berlanjut perkelahian di antara keduanya, Kamis (1/8) malam sekitar pukul 21.00 Wita. Malam itu, korban Wara Widarta bersama dua saksi, yakni I Kadek Darmawan, 31 (warga Desa Keramas) dan I Putu Agus Antara, 18 (asal Seririt, Buleleng) bertemu dengan pelaku Sudarsana di sebuah warung yang tak jauh dari lokasi TKP. Awalnya, malam itu terjadi perang mulut antara korban Wara Widarta vs pelaku Sudarsana. Saat terjadi keributan, saksi Putu Agus Antara berusaha kabur dari TKP untuk menyelamatkan diri ke rumah warga. Korban Wara Widarta juga ikut kabur ke arah selatan, tapi langsung dikejar pelaku. Sedangkan saksi Kadek Darmawan berusaha mencari Putu Agus Antara yang kabur ke rumah warga.
“Kadek Darmawan sendiri tidak tahu kalau temannya (korban Wara Widarta) tewas. Dia baru mengetahui korban sudah tewas, Jumat pagi tadi,” ungkap penyidik di Polres Gianyar. Dikonfirmasi terpisah, Kasat Reskrim Polres Gianyar AKP I Nengah Sadiarta mengatakan pihaknya hingga kemarin petang masih memeriksa saksi-saksi dalam kasus pembantaian sesama anggota ormas ini. Menurut sadiarta, sedikitnya sudah ada 6 saksi yang diperiksa polisi. “Dalam pemeriksaan, pelaku Sudarsana sudah mengakui membunuh korban (Wara Widarta) dengan menggunakan pisau. Kami masih mengembangkan kasus ini untuk mengungkap pelaku lain yang ikut terlibat membunuh korban,” terang Sadiarta di Mapolres Gianyar.
Sementara itu, mertua korban Gede Wara Widarta yakni I Wayan Suarto, mengatakan menantunya yang kawin nyentana di rumahnya berubah peranai menjadi keras hati setelah menjadi anggota salah satu ormas, sebulan lalu. “Bahkan, saya sendiri sempat tiga kali diancam dengan tindak kekerasan,” tutur Wayan Suarto. Sedangkan istri korban, Ni Wayan Sutari, 28 (anak dari Wayan Suarto), mengaku sangat terpukul atas kematian tragis suaminya. “Sungguh, saya tidak menyangka suami saya akan mati seperti ini,” keluh ibu satu anak ini saat ditemui di rumah duka, Banjar Biya, Desa Keramas, Jumat kemarin. Menurut Wayan Sutari, suaminya sehari-hari bekerja mengrim gas elpiji. Setahu dia, suaminya tak pernah mengaku ada masalah dengan orang lain. Korban Wara Widarta sendiri diketahuinya keluar rumah mengendarai motor, Kamis malam sekitar pukul 19.00 Wita. Tiba-tiba, keluarganya mendengar kabar korban ada masalah dengan orang lain. Kemudian, kata Wayan Sutari, suaminya masih sempat pulang lagi ke rumah, Kamis malam pukul 22.00 Wita. Habis itu, korban Wara Widarta kembali keluar rumah, dan sempat pulang lagi, Jumat dinihari pukul 01.00 Wita.
“Selanjutnya, suami saya keluar lagi dan tak kunjung pulang. Ternyata, dia meninggal di jalan,” keluh Wayan Sutari.
propinsibali.com_____
sumber : NusaBali