Menyingkap Berita Tanpa Ditutup Tutupi
Home » , , » Sore Ini Pengungsi Capai 96.086 Jiwa, PVMBG : Erupsi Tinggal Menunggu Waktu

Sore Ini Pengungsi Capai 96.086 Jiwa, PVMBG : Erupsi Tinggal Menunggu Waktu

Written By Dre@ming Post on Rabu, 27 September 2017 | 8:45:00 PM

Pemandangan Gunung Agung Dari Desa Purwaayu, Karangasem, Bali, Selasa (26/9/2017) (atas). Presiden RI, Joko Widodo, bercengkerama dengan anak-anak pengungsi di Posko Pengungsian Desa Ulakan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Selasa (26/9/2017).  (bawah)
Pusat Vulkanologi: Gunung Agung Meletus Tinggal Menunggu Waktu

AMLAPURA- Aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tetap tinggi.

Status Gunung Agung hingga 18.00 wita masih level IV (awas).

Kepala Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Kasbani mengatakan hingga saat ini belum terjadi trend penurunan status terhadap aktivitas vulkanik Gunung Agung.

"Melihat perkembangan yang ada, Gunung Agung sangat potensi meletus. Untuk saat ini belum ada tanda-tanda penurunan. Yang jelas, ini tinggal menunggu waktu," kata Kasbani.

Dari data seismograf pada pukul 12.00-18.00 wita, tercatat jumlah gempa vulkanik dalam sebanyak 190 kali, gempa vulkanik dangkal 103 kali, dan gempa tektonik lokal sebanyak 15 kali.

Dari jumlah tersebut, gempa yang dapat dirasakan sebanyak 6 kali.

Pada pukul 13.12 wita, terjadi gempa yang sangat terasa dari pos pantau Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem.

Gempa dengan kekuatan 4,3 SR ini lebih tinggi dari yang terjadi pada Selasa kemarin.

Kondisi cuaca di sekitaran Gunung Agung yang memiliki ketinggian 3.142 mdpl itu saat ini sedang cerah berawan.

Angin bertiup lemah ke arah barat. Suhu udara 25-30 °C dan kelembaban udara 65-77 %.

Pantauan visual, gunung yang terakhir meletus pada 1963 itu saat ini sedang diselimuti kabut 0-1 hingga kabut 0-III.

Asap kawah terpantau lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 50 meter di atas kawah puncak.

Masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki, pengunjung, dan wisatawan masih diminta agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya.

Zona bahaya yang dimaksud berada pada area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius 9 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.

Selain itu ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timurlaut dan Tenggara-Selatan-Baratdaya sejauh 12 km.

Saat ini, perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual/terbaru.

Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam rilis yang diterima mengatakan, pergerakan magma mendekati permukaan terus berlangsung.

Peluang terjadinya letusan cukup besar.

Hingga Rabu (27/9/2017) sore pengungsi mencapai 96.086 jiwa di 430 titik pengungsian di 9 kabupaten/kota.

Sebaran pengungsi tersebut adalah di Kabupaten Badung 15 titik (5.879 jiwa), Kabupaten Bangli 30 titik (5.076 jiwa), Kabupaten Buleleng 26 titik (16.901 jiwa), Kota Denpasar 27 titik (2.539 jiwa), Kabupaten Gianyar 13 titik (1.011 jiwa), Kabupaten Jembrana 29 titik (514 jiwa), Kabupaten Karangasem 100 titik (39.859 jiwa), Kabupaten Klungkung 162 titik (19.456 jiwa), dan Kabupaten Tabanan 27 titik (4.851 jiwa)

Jumlah pengungsi diperkirakan bertambah karena belum semua pendataan selesai dilakukan.

Meningkatnya jumlah pengungsi ini karena masyarakat yang berada di luar zona berbahaya pun juga ikut mengungsi.

Sebab masyarakat tidak tahu posisi sebenarnya dari batas radius yang dilarang.

Selain itu juga faktor psikologis akibat bahaya dari meletusnya Gunung Agung.

Secara umum kebutuhan dasar pengungsi mencukupi.

Partisipasi masyarakat Bali sangat besar membantu pengungsi.

Gotong royong, solidaritas dan kekompakan masyarakat menyebabkan penanganan pengungsi terlaksana baik.

Sutopo mengatakan, sampai kapan masyarakat mengungsi tidak dapat diperkirakan.

Tergantung dari Gunung Agung. Selama status Awas maka masyarakat tidak diijinkan melakukan aktivitas di radius berbahaya.

Untuk memberikan peringatan dini, BNPB telah memasang lima unit sirene mobile iCast Rapid Deployment Public Notification System (iRADITIF) di sekitar Gunung Agung, yaitu di Polsek Kubu, Pos Polisi Tianyar, Polsek Selat, dan Polsek Rendang.

Sirine ini dipasang sebagai sarana peringatan kepada masyarakat agar segera mengungsi atau menghindar dari bahaya letusan Gunung Agung.

Sirine ini mampu melayani masyarakat dengan kekuatan bunyi bisa mencapai 2 kilometer.

Sirine dibunyikan secara manual oleh petugas jaga yang terhubung Pos Komando Utama di Karangasem.

Selain itu juga dipasang rambu-rambu evakuasi yang menginformasikan posisi di lapangan dari radius berbahaya.

Peta radius berbahaya letusan Gunung Agung ditetapkan di peta.

Di lapangan tidak ada tandanya sehingga masyarakat tidak tahu posisi sebenarnya dari radius berbahaya.

Rambu tertulis "Anda saat ini berada di radius 9 km dari puncak kawah Gunung Agung", dan lainnya.

Saat Magma Gunung Agung ‘Keluar’ Tak Bisa Dirasakan Seperti Gempa, Ini Alat yang Mampu Mendeteksi

AMLAPURA- Saat ini aktifitas Gunung Agung terus mengalami peningkatan sejak telah ditetapkan status Awas.

Bahkan, Gempa kembali mengguncang Bali, Rabu (27/9/2017) sekitar Pukul 13.12 Wita.

Wartawan, yang saat terjadi gempa berada di Pos Pantau Gunungapi Agung di Desa Rendang, Karangasem, Bali merasakan guncangan yang sangat kuat.

Pos pantau ini hanya berjarak 12 km dari pucak Gunung Agung.

Kondisi di pos pantau cukup tegang, meski gempa sudah sering dirasakan beberapa hari terakhir.

Gempa vulkanik terjadi cukup sering sejak tadi pagi.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani, mengatakan, status Gunung Agung masih awas bahkan masih menunjukkan tren peningkatan.

PVMBG mengimbau masyarakat tetap waspada sebab kondisi Gunung Agung makin kritis dan bisa meletus kapan saja.

Sementara itu, PVMBG telah menetapkan peta kawasan rawan bencana Gunung Agung.

Namun, tidak menutup kemungkinan aliran awan panas menyebar diluar titik yang ditetapkan.

"Ada kemungkinan berubah dari peta. Nanti kalau meletusnya menimbulkan lubang yang lebih besar, bisa kemana-mana (awan panasnya)," kata Kabid Mitigasi Gunung Api, Kementerian ESDM, I Gede Suantika di Pos Pemantau Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali.

Dalam kesempatan tersebut, Suantika juga menjelaskan bahwa jika terjadi gempa tremor maka, kemungkinan besar Gunung Agung akan meletus.

Saat ditanya wartawan ciri-ciri gempa tremor, Suantika mengatakan, gempa tremor tidak bisa dirasakan di permukaan.

Hal itu dikarenakan kualitas getarannya relatif kecil.

“Gempa tremor itu nggak bisa dirasakan karena kecil. Itu gempa aliran, jadi magma mengalir mulus ke permukaan itu bentuk gempa tremor,” jelas Suantika.

Namun, peralatan PVMBG dapat mendeteksi secara lengkap apabila telah terjadi gempa tremor yaitu seismograf.

“Gempa itu hanya bisa dicatat oleh alat saja,” kata Suantika.

Bawa Bantuan 14 Truk Senilai Rp 7,2 M, Jokowi Minta Pengungsi Berdoa pada Hyang Widhi

AMLAPURA - I Komang Sudiana (34), pengungsi asal Desa Sebudi, Desa Selat, Karangasem, tampak sumringah ketika dtemui di sisi timur GOR Swecapura, Gelgel, Klungkung, Bali, Selasa (26/9/2017) petang.

Sudiana terlihat sangat bahagia, dan berkali-kali mengusap kedua tangannya.

Ia merasa tidak percaya diajak ngobrol dan disalami langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Kemarin, Presiden Jokowi meninjau secara langsung beberapa pos-pos pengungsian yaitu Pos Pengungsian GOR Swecapura, Klungkung, dan Pos Pengungsian Desa Ulakan, Manggis, Karangasem, serta beserta rombongan juga mengunjungi Posko Utama Satgas Siaga Darurat Gunung Agung di Dermaga Cruise Tanah Ampo, Manggis, guna memastikan kesediaan logistik.

“Saya deg-degan sekali. Berdebar jantung saya disalami Pak Jokowi. Harapan saya selama ini tercapai, akhirnya saya dapat bersalaman langsung dengan Presiden,” ujar Sudiana yang mengaku sebagai penggemar berat Presiden Jokowi.

Sudiana tidak menyangka Presiden Jokowi menghampirinya ketika baru menginjakkan kaki di GOR Swecapura, sekitar pukul 18.07 Wita.

Jokowi pun sempat menanyakan dirinya berasal dari mana dan apakah membawa ternak saat mengungsi.

“Saya ditanya saat mengungsi bersama siapa dan membawa apa? Saya sangat terhibur rasanya dapat bersalaman dengan Jokowi, walau di pengungisan rasanya bosan sekali,” tutur Sudiana, yang sudah lima hari bertahan di GOR Swecapura setelah aktivitas Gunung Agung berstatus Awas (Level IV).

I Gusti Made Joni Antara Putra (12) bersama ribuan pengungsi di Pos Pengungsian Desa Ulakan juga merasa terhibur dengan kedatangan Jokowi yang turut didampingi Ibu Negara, Iriana Joko Widodo.

Rombongan Presiden tiba di Pos Pengungsian Desa Ulakan sekitar pukul 17.30 Wita.

Bocah asal Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, ini makin senang bisa bersalaman hingga berpelukan dengan Presiden ke-7 Republik Indonesia itu.

Jokowi yang memakai "seragam kebesarannya", kemeja warna putih, membaur dengan anak-anak dan warga lanjut usia (lansia).

Di tengah lingkaran warga, Presiden asal Kota Solo ini bercerita dan ikut meneriakkan yel-yel penyemangat. Bersenda gurau dan menyalami satu per satu.

Tak ada jarak antara rakyatnya dan Presiden.

"Hari ini kita merasa terhibur dengan kedatangan Pak Jokowi. Bisa bersalaman, dan diberi buku cerita. Sebelumnya cuma bisa lihat di TV," tutur Joni Antara.

Jokowi dan rombonganya yang terdiri dari Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, dan Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek juga sempat mengecek bantuan logistik yang diberikan.

Selanjutnya rombongan menuju Pos Pengungsian Swecapura, Klungkung.

Semangati Bupati

Kedatangan Jokowi juga mendapat sambutan meriah masyarakat, terutama oleh pengungsi asal Karangasem di GOR Swecapura.

Begitu keluar dari mobil kepresidenan, Jokowi disambut oleh ribuan pengungsi yang sedari sore menunggunya.

Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, turut menyambut kedatangan Presiden.

Sebelum masuk ke dalam GOR Swecapura, Jokowi menyapa dan bersalaman dengan beberapa pengungsi.

“Saat di dalam GOR, tidak banyak yang dikatakan Pak Jokowi. Ia terus menepuk pundak saya berkali-kali dan sempat memberi saya semangat untuk terus mengurus pengungsi,” kata Suwirta yang terus mendampingi Jokowi ketika berada di GOR Swecapura.

Suwirta mengungkapkan, Jokowi tidak bercerita banyak hal ketika meninjau pengungsi.

Ia hanya menyapa dan mencoba memberi semangat ribuan pengungsi yang masih bertahan di GOR Swecapura.

“Beliau tidak banyak bercerita terkait kunjungannya hari ini. Beliau tidak banyak basa-basi tadi, mungkin karena kecapekan dengan banyaknya agenda hari ini,” jelas Suwirta.

Jokowi bersama rombongan berada di dalam GOR Swecapura sekitar 20 menit.

Presiden lalu berjalan berlahan menuju depan posko kesehatan untuk memberi pernyataan kepda media.

Presiden menjelaskan, dalam menangani bencana gunung berapi menuruntya tidaklah mudah.

Hal ini karena tidak ada yang tahu kapan gunung itu akan meletus, dan tidak ada yang dapat memrediksi dengan akurat kapan persisnya dan seberapa besar letusan gunung api.

“Pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten berusaha agar kerugian masyarakat dari peristiwa ini bisa sekecil mungkin. Tapi tentu saja prioritas paling penting adalah keselamatan rakyat kita,” kata Jokowi.

Ia pun meminta agar masyarakat di sekitar Gunung Agung untuk mematuhi seluruh intruksi pemerintah mulai dari gubernur, bupati, termasuk BNPB untuk bisa meminimalisir dampak yang terjadi.

“Mari kita semua memanjatkan doa pada Ida Sang Hyang Widhi untuk meringankan beban ini dan cobaan ini,” terang Presiden asal Kota Solo ini.

Sementara Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, Presiden Jokowi membawa bantuan untuk para pengungsi yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Bali sebanyak 14 truk. Nilainya mencapai Rp 7,2 miliar.

Bantuan yang diiberikan pun bermacam-macam, mulai dari logistik seperti 12 ton beras, matras sebanyak 18.230 lembar, masker 520.000 lembar, ember 2.000 buah, gayung 2.000 buah, dan kidsware 1.100 paket.

“Presiden juga memberikan bantuan buku anak-anak. Ini sangat bermakna karena bisa membuat anak-anak merasa sedikit terhibur dan tidak jenuh selama di pengungsian,” kata Khofifah.

Hasil Pengamatan Terbaru, Perubahan Bentuk Gunung Agung Terdeteksi

AMLAPURA - Pasca ditetapkan level IV awas, Gunung Agung terdeksi mengalami perubahan bentuk atau deformasi.

Demikian disampaikan Kabid Mitigasi Gunungapi Kementrian ESDM, I Gede Suantika usai melakukan pemantauan Gunung Agung menggunakan Elektronik Distance Meter (EDM), Selasa (27/9) di Pos Pengamatan Gunungapi Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali.

Dikatakannya, dari hasil pemantauan melalui EDM perubahan bentuk Gunung Agung mulai terdeteksi.

Namun perubahan bentuk masih dalam ukuran sangat kecil.

"Sudah terpantau ada deformasi tubuh Gunung Agung. Namun, perubahan tersebut masih dalam ukuran mikron meter," terang Suantika.

Terdeteksinya perubahan bentuk gunung yang terpantau melalui EDM, hanyalah salah satu instrumen untuk mengetahui akan terjadinya letusan.

Semakin tinggi deformasi, kemungkinan letusan semakin besar.

"Saat ini, data menunjukkan jarak reflektor ke EDM kian mendekat. Hal itu menunjukkan tubuh gunung terjadi pembesaran," ucapnya.

Lebih jauh Suantika menjelaskan, pengukuran deformasi Gunung Agung dilakukan dengan meletakkan satu unit EDM di Pos Pengamatan Gunung Agung dan sebuah cermin reflektor yang letaknya berkisar 1 km dari alat EDM.

Kemudian dilakukan menembakkan laser dari EDM ke reflektor.

Namun data akan lebih akurat jika reflektor ditempatkan lebih dekat dengan puncak gunung.

Karena terkendala lebatnya vegetasi, pemasangan reflektor di dekat puncak Gunung Agung sulit dilakukan.

Walaupun mengalami kendala, reflektor yang dipasang di lereng gunung sudah cukup membantu pemantauan.

"Kalau kita lihat, bila di lereng ada perubahan kecil, maka semakin mendekati puncak perubahan semakin besar," papar Suantika.










sumber : tribun
Share this article :

Dunia Bintang School

Visitors Today

Recent Post

Popular Posts

Hot Post

Dua Pemancing Tergulung Ombak Di Tanah Lot Masih Misteri

Dua Orang Hilang di Lautan Tanah Lot, Terungkap Fakta: Istri Melarang dan Pesan Perhatikan Ombak TABANAN - Sekitar sembilan jam lamany...

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bali - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen