Menyingkap Berita Tanpa Ditutup Tutupi
Home » » Korban Rusuh Eksodus, Kerusuhan SARA Mengarah ke Bali

Korban Rusuh Eksodus, Kerusuhan SARA Mengarah ke Bali

Written By Dre@ming Post on Jumat, 25 Januari 2013 | 9:37:00 AM

Jumat, 25/01/2013 09:29

Kerusuhan SARA Mengarah ke Bali

Kerusuhan Sumbawa - "Kalau saya melihat, ada semacam kesadaran baru yang tumbuh bahwa Bali adalah sekrup kekuatan Bhinneka Tunggal Ika itu ada di Bali, bukan Papua, Ambon dan lainnya," kata mantan Wakopolda Bali itu.
Denpasar - Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI) menduga kerusuhan bernuansa SARA mengarah ke Bali sebagai bagian dari kekuatan multikulturalisme di Indonesia.

"Kami melihat ada skenario dan kepentingan terselubung di balik kerusuhan SARA di Sumbawa dan Balinuraga. Kerusuhan itu bukan hanya reaksi spontan masyarakat," kata Ketua LCKI Bali Njoman Gde Suweta di Denpasar, Kamis.

Ia mengamati kerusuhan yang menyebabkan masyarakat Bali di perantauan modisnya hampir sama, baik di Sumbawa, NTB, maupun di Balinuraga, Lampung.

"Kalau saya melihat, ada semacam kesadaran baru yang tumbuh bahwa Bali adalah sekrup kekuatan Bhinneka Tunggal Ika itu ada di Bali, bukan Papua, Ambon dan lainnya," kata mantan Wakopolda Bali itu.

Menurut Suweta, jika Bali terprovokasi maka medan magnetnya akan sangat luar biasa. "Bisa dipastikan bahwa seluruh etnis yang ada akan teresonansi," kata Ketua Persatuan Purnawirawan Polri Bali itu.

Jika kondisi ini terjadi, sebagaimana diskenariokan pihak-pihak yang berkepentingan, maka dipastikan
NKRI terancam kehancuran.

Oleh sebab itu, LCKI Bali mendesak Presiden, BIN, Menkopolhukam, Panglima TNI, dan Kapolri agar tidak melihat kerusuhan Sumbawa sebagai masalah yang sederhana.

"Itu harus digali dan hasilnya dijadikan dasar penyelesaian masalah demi masa depan bangsa yang lebih baik," kata Suweta.

Ia berharap  masyarakat Bali agar tetap bijaksana dalam menyikapi berbagai persoalan yang terjadi di Balinuraga dan Sumbawa. Masyarakat juga diminta untuk tidak terjebak dalam skenario pihak-pihak yang menginginkan perpecahan.

Korban Rusuh Eksodus ke Bali 

Polisi telah menetapkan 27 orang sebagai tersangka kerusuhan di Sumbawa besar, NTB, Selasa (22/7) lalu, yang menyebabkan sedikitnya 35 rumah dan mobil-mobil dirusak, serta sejumlah toko dibakar dan dijarah barahnya. Sementara, sebagian korban rusuh Sumbawa Besar pilih eksodus ke Bali.

Ke-27 tersangka ini merupakan bagian dari 90 orang yang sebelumnya ditangkap polisi pasca rusuh Sumbawa Besar. Sedangkan 63 orang lainnya yang sempat ditangkap sudah dilepas, karena belum cukup bukti melakukan tindak pidana. Menurut Karo Penmas Mabes Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, 27 tersangka rusuh Sumbawa Besar telah ditahan.

Hanya saja, Boy Fafli mengaku belum memiliki data detail identitas 27 tersangka rusuh Sumbawa Besar tersebut. Yang pasti, mereka dikenakan pasal 170 junto 406 KUHP. “Selebihnya (63 orang yang sempat ditangkap) sudah dilepas, karena belum cukup unsur pidana. Mereka buat sementara jadi saksi," ujar Boy Rafli di Jakarta, Kamis (24/1).

Berdasarkan catatan Kapolda NTB, Irjen Drs M Iriawan SH MM MH, belum bisa disimpulkan apadah ada di 90 orang yang ditangkap tersebut sebagai provokator rusuh Sumbawa Besar. Mereka diperiksa marathon yang didukung barang bukti yang ikut diamankan berupa barang-barang hasil jarahan saat rusuh. Menurut Kapolda, tercatat sedikitnya 35 rumah yang rusak dan terbakar massa dalam rusuh di Sumbawa Besar. Beberapa toko swalayan juga dibakar dan dijarah barang-barangnya. Bahkan, Hotel Tambora pun dibakar massa. Selain itu, tercatat ada tiga mobil dan beberapa sepeda motor yang dibakar massa. Situasi di Sumbawa Besar sudah mulai kondusif, Kamis kemarin. Kendaraan roda empat maupun roda dua pun sudah mulai hilir mudik, meskipun teror masih ada di beberapa titik, seperti yang dialami salah satu rumah warga di Kecamatan Labuhan Badas yang diamuk sekelompok orang. Beberapa toko juga sudah mulai buka. Hanya saja, Pasar Seketeng masih dalam penjagaan ketat aparat keamanan. "Patroli keliling juga masih diberlakukan," jelas Kapolda NTB dilansir sumbawanes kemarin. Kapolda berharap situasi di Sumbawa benar-benar aman, sementara masyarakat tidak terpancing dengan isu-isu yang bisa menimbulkan kerugian.

Kendati situasi di Sumbawa Besar pasca rusuh sudah mulai kondusif, namun hingga Kamis kemarin masih sekitar 2.150 lebih warga yang pengungsi ke berbagai tempat. Paling banyak mengungsi ke Kompi Senapan B yakni sekitar 1.500 orang, kemudian di Kodim 1607 Sumbawa sebanyak 600 pengungsi, dan di Mapolres Sumbawa sebanyak 52 pengungsi. Bahkan, diduga banyak warga yang mengungsi ke tengah hutan.

Khusus waerga korban rusuh dari Desa Wonogiri, Kecamatan Utan, Sumbawa pilih mengungsi di Mapolres Sumbawa. Mereka mengungsi ke Mapolres Sumbawa sejak Rabu (23/1) malam, ketika sekelompok orang melakukan sweeping dan penjarahan di rumahnya. Warga yang mengungsi ke Mapolres Sumbawa ini didominasu ibu-ibu dan anak-anak.

Menurut salah satu korban rusuh di desa Wonogiri, Ni Kadek Suastika, harta bendanya telah dijarah. Keluarganya beserta pengungsi lain dari Desa Wonogori pun membutuhkan bantuan makanan dan pakaian. Sialnya, menurut Kadek Suastika, saat mereka melarikan diri untuk mengungsi ke Mapolres Sumbawa, ibu-ibu dan anak-anak yang ketakutan ini tanpa disertai suami dan ayah mereka. "Suami-suami kami tidak ikut mengungsi, karena mereka bersembunyi di semak-semak saat kami melarikan diri," keluh Kadek Suastika. Menurut Kadek Suastika, Desa Wonogiri merupakan kawasan transmigran yang sudah dihuni sejak 20 tahun silam. Desa ini terletak di antara Kecamatan Utan dan Sumbawa Besar yang berjarak sekitar 25 km dari Sumbawa Besar. "Semoga keadaan benar-benar kembali normal dan tidak ada teror lagi. Kasihan kami yang tidak tahu apa-apa ikut menjadi korban," keluh warga asal Desa Wonogiri lainnya, Ni Kadek Sudiasa. “Kami kangen dengan suami dan keluarga yang masih bersembunyi di dalam hutan.”

Sementara, sekitar 300 KK transmigran asal Bali yang tinggal di Desa Samarekat, Kecamatan Sateluk, Sumbawa tetap melakukan aktivitas seperti biasanya. Hingga Kamis kemarin, kawasan ini tidak terdampak rusuh Sumbawa Besar. Namun, krama setempat tetap was-was. "Kita rakyat kecil yang tidak tau apa-apa, janganlah keluarga dan suku kami dikorbankan," harap salah satu krama Bali perantauan di Desa Samarekat, I Nyoman Yasa.

Kapolsek Sateluk, AKPB Kade Supartha, berjanji akan berupaya memberikan rasa aman kepada warga di Desa Samarekat. "Hingga saat ini aparat dibantu Camat Sateluk masih berjaga di setiap titik seperti simpang Ai Jati, Simpang Tani, dan Simpang Samarekat," jelas Kade Supartha. Di sisi lain, sebagian warga korban kerusuhan Sumbawa Besar mulai eksodus ke luar daerah, sejak Rabu lalu. Mereka meninggalkan Sumbawa dengan naik pesawat terbang. Selain eksodus ke Mataram (NTB), banyak juga korban rusuh Sumbawa Besar yang eksodus ke tanah leluhurnya di Bali. Salah satu korban rusuh yang pilih eksodus dari Sumbawa ini adalah keluarga I Wayan Kusriadi. Menurut Wayan Kusriadi, meninggalkan Sumbawa merupakan salah satu alternatif untuk penyelamatan diri bersama keluarganya. "Saya bersama istri dan kedua anak saya yang masih mengenyam ilmu di TK Pertiwi Sumbawa akan ngungsi ke Bali,” tutur Wayan Kusriadi, Kamis kemarin. “Saya dan keluarga baru akan balik lagi ke Sumbawa setelah nanti situasi benar-benar aman dan kondusif,” imbuhnya.

Kerusuhan di Sumbawa Besar sebelumnya pecah Selasa siang sekitar pukul 13.00 Wita, dipicu masalah kecelakaan lalulintas yang menewaskan seorang mahasisw, Arniati. Tapi, isu yang dikembangkan di kalangan masyarakat bahwa korban Arniati tewas dianiaya dan diperkosa oleh pacarnya, Brigadir I Gede Eka Suarjana, yang anggota Polres Sumbawa. Padahal, Brigadir I Gede Eka Suarjana sendiri mengalami luka berat dan dirawat di RS Bhayangkara. Kecelakaan lalulintas yang berujung kerusuhan itu terjadi saat pasangan kekasih Brigadir I Gede ERka Suarjana dan Arniati bermalam mingguan naik sepeda motor Yamaha Mio DK 2861 WY boncengan, Sabtu (19/1) sekitar pukul 23.00 Wita. Versi Kabid Humas Polda NTB, AKBP Sukarman Husein, ketika berada di Kilometer 15-16, motor yang dinaiki pasangan kekasih ini terpeleset. Brigadir I Gede Eka Suarjana mengalami luka berat, sementara Arniati meninggal dunia. Namun, pihak keluarga Arniati mencurigai korban dibunuh, bukan kecelakaan lalulintas murni. Kecurigaan itu berkembang menjadi amarah setelah semakin banyak isu yang beredar, antara lain, menyebutkan dari hasil visum ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan, yang dikait-kaitkan dengan kekerasan pada alat kelamin.

Terbetik informasi, berdasarkan kesepakatan keluarga Arniati dan Polda NTB, kuburan korban lakalantas di wilayah Brang Rea, Sumbawa Besar akan dibongkar untuk memastikan penyebab kematiannya. Kuburan tersebut rencananya akan dibongkar, Kamis kemarin. Selain itu, Cafe Batu Gong yang terletak di perbatasan Kecamatan Badas Sumbawa juga akan dihancurkan. Pasalnya, kafe tersebut selama ini dianggap sebagai salah satu biang persoalan sosial di Sumbawa, termasuk salah satu pemicu kematian Arniati. Sementara itu, Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) mendesak kepolisian untuk mengusut provokator kerusuhan bernuansa SARA di Sumbawa. "Kami minta provokator di balik kerusuhan itu diusut dan ditindaklanjuti sesuai proses hukum," ujar Ketua KMHDI Denpasar, Nyoman Surpa Adi Sastra, di Mapolda Bali, Rabu.

Selain mengusut tuntas permasalahan kerusuhan dan provokator, KMHDI juga merekomendasi Kapolda Bali Irjen Arif Wachyunadi untuk berkoordinasi dengan jajaran Polda NTB, sehingga jumlah dan kinerja anggota kepolisian yang dikerahkan bisa dimaksimalkan. Pernyataan tersebut disampaikan melalui surat yang ditujukan kepada Kapolda Bali melalui Kepala Sekretariat Umum AKBP Ni Komang Ayu Astini. "Kami sangat menyayangkan mengapa masalah internal itu bisa meluas hingga terjadi perusakan pura, pembakaran rumah, dan fasilitas umum. Apa hubungannya masalah internal menjadi meluas begitu?" ujar Surpa Adi Sastra sembari menyebut KMHDI berencana mengirim relawan ke Sumbawa. Sedangkan Pangdam IX/Udayana, Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya, mengimbau masyarakat Bali tidak mudah terprovokasi kerusuhan di Sumbawa. "Kita seluruhnya berpikir tegas, tenang, hati bersih, dan melihat persoalan yang ada. Mari kita mesimakrama, tidak mudah terpengaruh, tidak mudah terpancing, dan tidak mudah terprovokasi," tandas Pangdam dilansir Antara secara terpisah. Sementara, Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Indonesia mengecam aksi anarkis di Sumbawa. "Kasus di Sumbawa Besar merupakan kasus kesekian kalinya di Indonesia. Kasus seperti ini seharusnya menjadi pekerjaan rumah bagi kepolisian. Sepatutnyalah kepolisian tidah hanya berdiam diri dan membela diri dalam menangani konflik tersebut," ujar Ketua Umum Peradah Indonesia, I Wayan Sudane, kepada di Jakarta, Kamis kemarin.

Ditegaskan Sudane, pihaknya menuntut kepolisian melakukan penyelidikan yang seksama dan transparan mengenai kasus yang dianggap sebagai pemicu kerusuhan di Sumbawa. Polisi juga diminta memproses hukum pihak-pihak yang terlibat aksi anarkis. “Pemerintah terutama kepolisian harus melakukan tindakan tindakan antisipasif dalam upaya mencegah konflik horizontal bermuatan SARA yang telah berulangkali terjadi dalam kurun setahun belakangan,” imbuhnya.



sumber : antarabali, NusaBali
Share this article :

Dunia Bintang School

Visitors Today

Recent Post

Popular Posts

Hot Post

Dua Pemancing Tergulung Ombak Di Tanah Lot Masih Misteri

Dua Orang Hilang di Lautan Tanah Lot, Terungkap Fakta: Istri Melarang dan Pesan Perhatikan Ombak TABANAN - Sekitar sembilan jam lamany...

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bali - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen