Menyingkap Berita Tanpa Ditutup Tutupi
Home » » Bali Terus Diincar Sindikat Sabu

Bali Terus Diincar Sindikat Sabu

Written By Dre@ming Post on Rabu, 26 Oktober 2011 | 10:29:00 PM

Rabu, 26 Oktober 2011 | 22:29

DENPASAR - Sindikat narkoba terus mengincar Bali sebagai tempat perdagangan narkoba jenis sabu. Mereka selalu mencari modus baru, untuk dapat lolos dari pemeriksaan petugas.

Data Kantor Bea dan Cukai Bandara Ngurah Rai Bali, menunjukkan, hasil tangkapan sabu di Bali selama tahun 2011 sampai Oktober sebanyak 11 kasus, dengan jumlah sabu yang disita sekitar 16,3 kilogram (kg). Jumlah kasus penyelundupan sabu pada tahun 2010 lebih tinggi, yaitu 17 kasus tetapi sabu yang disita hanya sebanyak 11,7 kg.

"Sebagian besar sabu yang dipasok saat ini berasal dari Afrika dan Iran," kata Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Tommy Sagiman, Rabu (26/10/2011) di Denpasar, Bali.

Bali diincar, karena merupakan pusat pariwisata dan didatangi sekitar 8.000 wisatawan setiap hari.

Pada bulan Oktober ini, misalnya, sudah ada tiga kasus penyelundupan sabu dari Afrika ke Bali yang berhasil
digagalkan. Ketiga kasus itu pun terjadi berturut-turut setiap minggu.

Pada Senin (10/10/2011), kurir asal Indonesia bernama Theresia Avilla Yanti Siwi membawa sebanyak 3,7 kg sabu dari Kenya, Afrika.

Petugas Bea dan Cukai Bandara Ngurah Rai Bali kembali menangkap kurir asal Afrika Selatan, Brett Theo Savage, yang membawa sabu sebanyak 2,9 kg, Rabu (19/10/2011).

Satu pekan kemudian, Minggu (23/10/2011), kurir lainnya dari Afrika Selatan, Kedibone Sheilla Motsweneng, juga tertangkap karena membawa sabu sebanyak 2,4 kg.

"Mereka mencari modus baru dengan menggunakan kurir baru," kata Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Tipe Madya Pabean Ngurah Rai, I Made Wijaya.

Sindikat narkoba itu sudah membaca pengamatan petugas, sehingga mencari kurir yang tidak menarik perhatian petugas.

Wijaya mengatakan, selama ini sabu dari Afrika biasanya diantar kurir berkulit hitam. Namun saat ini kurir yang digunakan berkulit putih, dan seringkali berasal dari negara-negara yan g tidak masuk dalam catatan pemantauan narkoba. Dengan demikian, jaringan narkoba itu berharap para kurir ini tidak menarik perhatian petugas.

Tommy berpendapat, Afrika menjadi produsen sabu utama karena faktor ekonomi. "Karena faktor ekonomi ini pula, kurir sekarang dibayar 500 dolar AS saja mau. Dulu tahun 2006, bayaran kurir bisa mencapai 2.500 dolar AS," katanya.

Sabu menjadi sangat populer, ungkap Tommy, karena biaya pembuatannya murah dan harga jualnya tidak terlampau tinggi.

Peredaran sabu menggeser popularitas peredaran heroin dari Thailand pada tahun 2006. "Heroin di Thailand sudah tidak diproduksi lagi, sehingga pola peredaran narkoba pun berubah," kata Tommy.

Menurut Tommy, maraknya perdagangan sabu ini juga didukung masih tingginya pengguna narkoba di Indonesia, yaitu mencapai 3,6 juta jiwa. Jairngan narkoba pun merasa memiliki peluang pasar di Indonesia.

Direktur Penindakan dan Penyidikan Kantor Pusat Bea dan Cukai, Rahmat Subagio, menambahkan, cara paling efektif untuk mengatasi peredaran narkoba ini adalah dengan meningkatkan pengawasan, terutama di bandara. Sampai saat ini, pihaknya sudah mengadakan pelatihan di sejumlah daerah dengan materi utama peningkatan cara pemindaian barang dengan Sinar X.

sumber : kompas
Share this article :

Dunia Bintang School

Visitors Today

Recent Post

Popular Posts

Hot Post

Dua Pemancing Tergulung Ombak Di Tanah Lot Masih Misteri

Dua Orang Hilang di Lautan Tanah Lot, Terungkap Fakta: Istri Melarang dan Pesan Perhatikan Ombak TABANAN - Sekitar sembilan jam lamany...

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bali - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen