Kondisi Kawah GA |
Perbandingan Nyata Kawah Gunung Agung Sebelum Dan Setelah Erupsi, Perbedaan Ini Jelas Terlihat!
Gunung Agung hingga saat ini, Senin (18/12/2017) masih berstatus Awas (level IV).
Kendati kegempaan tidak sesering seperti bulan-bulan sebelumnya, namun PVMBG hingga saat ini masih terus memantau keadaan gunung ini dan belum menurunkan statusnya.
Terakhir, tim Aeroterascan gagal menerbangkan pesawat tak berawak (drone) ke atas kawah Gunung Agung, Minggu (17/12/2017) kemarin.
Penyebabnya, cuaca sekitar Gunung Agung hujan lebat, berkabut, serta mengeluarkan asap pekat yang menganggu penerbangan drone.
Kemungkinan hari ini drone AI 450 akan diterbangkan lagi.
"Tadi (kemarin, red) sekitar pukul 10.00 Wita, drone hanya terbang di ketinggian 1.000 MDPL. Karena hujan lebat, drone kembali. Khawatir mesin drone rusak terkena hujan dan asap letusan," jelas Feri Ametia.
Adapun kondisi kegempaan Gunung Agung hari ini hingga pukul 12.00 WITA teramati masih mengeluarkan gempa-gempa hembusan dan liw frekuensi.
Seperti berikut ini :
Hembusan
(Jumlah : 14, Amplitudo : 7-22 mm, Durasi : 45-95 detik)
Low Frekuensi
(Jumlah : 1, Amplitudo : 5 mm, Durasi : 45 detik)
Tremor Menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 2-5 mm (dominan 2 mm)
METEOROLOGI
Cuaca berawan dan mendung. Angin bertiup lemah ke arah timur. Suhu udara 23-28 °C dan kelembaban udara 74-87 %.
VISUAL
Asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 1000 m di atas puncak kawah.
Perbedaan Kawah
Perbedaan yang terjadi di Gunung setinggi 3.142 mdpl ini jelas terlihat.
Ini terlihat pada foto yang diunggah oleh Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia, Sutopo Purwo Nugroho di akun instagramnya.
Ia menggabungkan dua foto keadaan gunung Agung saat belum terjadi erupsi dan sesudahnya.
Ia pun menuliskan caption “Perbandingan kawah Gunung Agung sebelum erupsi dan setelah erupsi. Pascaerupsi 25-30/11/2017, terbentuk kubah lava dengan volume diperkirakan 20 juta meter kubik mengisi 1/3 dari kapasitas volume kawah Gunung Agung. Status Awas. Zona berbahaya hanya di dalam radius 8-10 km dari puncak kawah.
Bali aman. Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai beroperasi normal. Tidak ada hujan abu lebat. Silakan berkunjung ke Bali,".
Pertambahan Lava Melambat
Sebelumnya, Tim Aeroterrascan berhasil menerbangkan drone untuk mengambil sampel CO2 serta SO2, Jumat (15/12/2017).
Sehari setelah itu, tim berhasil menerbangkan drone AI 300 untuk mengambil gambar dan video tiga dimensi.
"Ini misi yang terakhir, mengambil H2S. Ini yang dibutuhkan PVMBG untuk dijadikan perbandingan dengan hasil sebelumnya. Dulu sudah pernah mengambil sampel H2S," kata Flight Director Aeroterrascan, Feri Ametia Pratamasaat ditemui di lokasi penerbangan di Lapangan Selat, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem, kemarin.
Untuk analisa dari pengambilan sampel gas, video, dan gambar adalah wewenang PVMBG.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Berapi, Devy Kamil Syahbana, menjelaskan gambar tiga dimensi yang didapat kemarin dengan sebelumnya.
Dari segi volume lava tidak ada perubahan yang signifikan.
Kemungkinan kecil lava dapat memenuhi kawah dalam waktu yang singkat jika laju pertambahannya masih seperti sekarang.
Laju pertambahan lava terbesar terjadi pada periode 25-30 November 2017, dalam tempo lima hari lava yang keluar sekitar 20 juta meter kubik atau sekitar sepertiga dari volume kawah.
Setelah itu pertambahannya melambat.
Saat ini erupsi efusif maupun hembusan dan emisi asap masih terjadi, artinya masih ada tekanan di dalam tubuh Gunung Agung.
Tekanan itu ada saat terdapat akumulasi gas magmatik, oleh karena itu PVMBG mencoba mengukur gas dengan multigas maupun melalui Doas scanner untuk mengetahui evolusi konsentrasi gas magmatik terhadap waktu.
"Apakah cenderung menurun, cenderung tetap (fluktuasi), atau cenderung naik," kata Devy.
Untuk hasil analisis gasnya hingga kini belum keluar.
"Harus berapa kali mengambil sampel gas agar kapasitas gas benar-benar terbaca," tandasnya.
Jika Aktivitas Gunung Agung Seperti Saat ini, PVMBG Sebut Lava Akan Penuhi Kawah Pada Waktu ini
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah melakukan analisa kapasitas gas, video, dan gambar.
Senin (18/12/2017), Kepala Sub Mitigasi Bencana PVMBG, I Gede Suantika menjelaskan, dari hasil analisa beberapa komponen tersebut mengalami penurunan dan perubahan.
Ditemui di Posko Pasebaya di Desa Duda Timur, Gede Suantika menjelaskan, komponen yang mengalami penurunan yakni sulfurdioksida (SO2).
Volume SO2 turun dari 5.000 hingga 800.
Penurunan disebabkan laju pertumbuhan lava mengecil, sehingga volume SO2 yang keluar menurun.
"Volume gas memang mengalami penurunan. Tanggal 25 - 29 Nopember volume gas SO2 mencapai 5.000, sekarang menurun dikisaran 800 hingga 1.000," kata I Gede Suantika, pria asli Kabupaten Buleleng ini.
Penurunan volume SO2 menandakan aktivitas Gunung Agung mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya.
Lava yang naik ke permukaan kawah cukup pelan.
Berbeda dengan kondisi saat erupsi akhir Nopember lalu.
Walaupun SO2 menurun, tapi erupsi masih berpotensi terjadi kapan saja.
Ditambahkan, turunnya SO2 menandakan jika pergerakan lava ke permukaan melambat.
Kemungkinan dikarenakan energi yang mendorong (lava) ke permukaan berkurang atau melemah.
Jumlah lava yang di permukaan kawah masih sama, 20 juta kubik.
Sedangkan kapasitas kawah sekitar 60 juta kubik.
"Seandainya laju lava seperti ini, perlu waktu lama untuk penuhi permukaan kawah. Mungkin butuh waktu 4-5 tahun. Prosesnya masih lama," imbuhnya.
Untuk volume gas CO2 dan H20 masih proses analisa tim PVMBG.
Untuk gambar dan video Gunung Agung juga alami perubahan, dilihat dari deformasi, bentuk gunung mengempes.
Ini dikarenakan sepertiga lava dan material sudah keluar.
Sebelum erupsi, gunung pernah mengembang.
Hembusan tiap hari terjadi sekitar 20 - 30 kali. Begitu juga dengan gempa.
Saat ditanya apakah status akan diturunkan melihat kondisi seperti ini ?
Gede Suantika belum berani memastikan.
Pihaknya menjelaskan, untuk menurunkan/menaikan status perlu analisis dari berbagai sisi.
Baik seismograf, deformasi, GPS, dan volume gas yang dikeluarkan gunung itu sendiri.
"Kita lihat nanti, setelah semua dianalisa. Hembusan sering terjadi. Begitu juga dengan gempa. Tunggu saja hasil analisa. Apakah akan diturunkan atau tetap status awas," tambah Suantika.
sumber : tribun