Gunung Agung |
Saat Letusan Besar Gunung Agung Listrik di Wilayah Ini Kemungkinan Dipadamkan
DENPASAR - PLN Distribusi Bali telah bersiap-siap melakukan langkah antisipatif, apabila keadaan terburuk terjadi di kawasan rawan bencana (KRB) erupsi Gunung Agung (GA).
Deputi Manager Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Bali, I Gusti Ketut Putra, mengaku telah membahas langkah-langkah antisipatif tersebut secara internal di PLN.
Salah satunya pembahasan pasokan listrik di lokasi pengungsian, hingga pemadaman listrik apabila kondisi terburuk terjadi.
“Kalau di tempat pengungsi, pemerintah kan sudah memonitor untuk pemasangan listriknya. Sesuai dengan jumlah tenda yang terpasang dan daya yang dibutuhkan. Kami berkoordinasi dengan pejabat terkait,” jelasnya, Selasa (28/11/2017).
PLN Distribusi Bali pun, kata dia, telah mempersiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasi kemungkinan apabila terjadi letusan besar.
Khususnya untuk daerah terdampak (KRB).
“Seperti misal KRB III, tidak akan mungkin kami masuk ke wilayah itu. Maka akan kami biarkan jika terjadi kondisi terburuk, untuk menjaga keselamatan sembari menunggu kondisi membaik. Toh juga tidak ada penghuni kan,” katanya.
Ia pun menegaskan, akan memadamkan listrik apabila erupsi menggangu jaringan listrik di KRB.
Namun pihaknya tidak bisa memastikan jarak pemadaman, sebab semuanya tergantung situasi di lapangan.
“Kami melihat perkembangan di lapangan, di mana terjadi gangguan dan tidak mungkin kami perbaiki karena jalur bahaya akan kami jauhi dan padamkan dahulu,” sebutnya.
Sebelumnya, Gunung Agung dilaporkan melontarkan material batu panas dari puncak gunung, Selasa (28/11/2017) sekitar pukul 15.00 Wita.
Kabid mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan, lontaran batu terjadi di Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Karangasem.
Hal ini menandakan aktivitas Gunung Agung semakin mengkhawatirkan.
Abu Vulkanik Sebabkan Trafo Listrik PLN Korsleting, Pos Pantau Sempat Gelap
Erupsi magmatik Gunung Agung menyebabkan gangguan listrik disejumlah wilayah di Kecamatan Rendang.
Abu vulkanik yang terus keluar dari kawah Gunung Agung, membuat trafo listrik PLN mengalami gangguan.
Gangguan listrik tersebut juga sempat beberapa kali terjadi di Pos Pantau Gunung Api Agung di Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem.
Listrik di pos pantau berkali-kali mati.
Sampai petugas harus menghidupkan genset, untuk menghidupkan listrik di Pos Pantau.
Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi I Gede Suantika, ketika itu langsung menerima informasi jika trafo PLN di lereng selatan Gunung Agung mengalami korsleting karena abu vulkanik.
"Listrik gangguan karena travo PLN tercemar abu vulkanik Gunung Agung di lereng selatan," ujar Gede Suantika.
Sementara Humas PLN Bali, Gusti Ketut Putra juga menjelaskan hal serupa.
Ia menyatakan jaringan listrik sempat terganggu akibat abu vulkanik dan sudah diinspeksi petugas
"Sudah kita usahakan semaksimal mungkin. Kita setengah mati mencari dimana gangguan listrik ini, supaya bisa cepat tertangani dan akhirnya kembali menyala," jelasnya.
Sebelumnya, Deputi Manager Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Bali, I Gusti Ketut Putra, mengaku telah membahas langkah-langkah antisipatif secara internal di PLN.
Salah satunya pembahasan pasokan listrik di lokasi pengungsian, hingga pemadaman listrik apabila kondisi terburuk terjadi.
“Kalau di tempat pengungsi, pemerintah kan sudah memonitor untuk pemasangan listriknya. Sesuai dengan jumlah tenda yang terpasang dan daya yang dibutuhkan. Kami berkoordinasi dengan pejabat terkait,” jelasnya, Selasa (28/11/2017).
PLN Distribusi Bali pun, kata dia, telah mempersiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasi kemungkinan apabila terjadi letusan besar.
Khususnya untuk daerah terdampak (KRB).
“Seperti misal KRB III, tidak akan mungkin kami masuk ke wilayah itu. Maka akan kami biarkan jika terjadi kondisi terburuk, untuk menjaga keselamatan sembari menunggu kondisi membaik. Toh juga tidak ada penghuni kan,” katanya.
Ia pun menegaskan, akan memadamkan listrik apabila erupsi menggangu jaringan listrik di KRB.
Namun pihaknya tidak bisa memastikan jarak pemadaman, sebab semuanya tergantung situasi di lapangan.
“Kami melihat perkembangan di lapangan, di mana terjadi gangguan dan tidak mungkin kami perbaiki karena jalur bahaya akan kami jauhi dan padamkan dahulu,” sebutnya.
Warga di KRB II dan III Enggan Mengungsi
Sementara itu, sejumlah warga sekitar Kawasan Rawan Bencana (KRB) II dan III memilih bertahan dirumah, alias tidak mengungsi.
Satu diantaranya Desa Nawakerti, Kecamatan Abang yang wilayahnya sebagian masuk KRB II dan III.
Selasa (28/11/2017), Perbekel Nawakerti, I Wayan Putu menjelaskan, hampir 90 persen penduduk di Desa Nawakerti enggan mengungsi.
Jumlah penduduk Nawakerti sebanyak 4.632 orang, yang mengungsi sekitar 116 orang.
Sisanya masih bertahan di rumah, serta beraktivitas seperti biasanya.
"Hujan abu sering di Nawakerti. Bau belerang juga sudah tercium. Malam hari di atas Gunung Agung sudah terlihat cahaya seperti lahar. Walaupun kondisi Gunung Agung seperti ini, tapi warga tetap pada pendiriannya, tidak mau mengungsi," katanya.
Wayan Putu menambahkan, mereka bertahan di rumah karena berpedoman dari pengalaman letusan tahun 1963.
Warga yang tak mengungsi yakin dampak erupsi tak sampai ke Nawakerti.
Menurut warga, letusan 1963 cukup keras.
Saat itu letusan Gunung Agung menjadi tontonan warga.
Ditambahkan, warga malah beranggapan letusan sekarang belum ada apanya dengan tahun 1963.
Warga tetap berada di rumah, dan tidak lari.
Makanya sampai hari ini masyarakat belum mau mengungsi.
Kemungkinan mereka bertahan sampai letusan yang lebih besar.
sumber : tribun