DENPASAR - Kader PDIP di Bali tidak ingin Jokowi (Capres dari PDIP) bertandem dengan politisi partai lain ke Pilpres 2014. Kader di Bali lebih sreg jika Jokowi berduet dengan Puan Maharani (ketua DPP PDIP) di posisi Cawapres.
Anggota Fraksi PDIP DPRD Bali, Made Arjaya, menyatakan Puan Maharani---yang notabene putri Ketua Umum DPP PDIP Megawati---layak menjadi Cawapres pendampingi Jokowi. Menurut Arjaya, duet Jokowi-Puan sejalan dengan napas Kongres III PDIP di Sanur, Denpasar Selatan, April 2010 lalu, yang menginginkan usung kader sebagai Capres-Cawapres. Berdasarkan amanat Kongres III PDIP 2010, kata Arjaya, Megawati selaku Ketua Umum DPP menjadi pilihan dan ditampilkan sebagai Capres 2014. “Kalau Jokowi Capres, ya untuk posisi Cawapresnya kita punya kader PDIP. Ada Puan Maharani yang layak diusung,” ujar Arjaya yang juga Ketua Komisi I DPRD Bali di Denpasar, Jumat (16/5).
Arjaya menyebutkan, karena Ketua Umum DPP PDIP Megawati memberikan mandat kepada Jokowi sebagai Capres, maka tak ada jalan lain kecuali kader harus didorong jadi tandemnya di posisi Cawapres. “Harus ada trah Bung Karno dalam kepemimpinan nasional (Puan Maharani adalah cucu Bung Karno, Red). Kami sebagai kader PDIP ingin partai utamakan kader dalam kepemimpinan nasional,” ujar kader militan PDIP asal Sanur, Denpasar Selatan ini. Terkait adanya wacana kolisi Merah-Kuning (PDIP dengan Golkar) di Pilpres 2014, menurut Arjaya, dalam alam reformasi seperti sekarang, PDIP sebagai salah satu pelaku sejarah bisa membangun koalisi dengan siapa saja.
Tapi, jika berbicara Bali sebagai salah satu basis PDIP dan sejarah mencatat Bali jadi salah satu kekuatan Megawati serta trah Bung Karno seperti tahun 1999, maka lebih elok mengedepankan sosok kader ketimbang bicara koalisi dengan partai mana pun. “Bicara Bali dan sebagai kader partai yang juga pelaku sejarah tahun 1999, saya melihat koalisi penting. Tapi, sosok kader dipakai jadi kandidat pemimpin penerus trah Soekarno, jauh lebih penting,” tegas putra dari tokoh PDIP sekaligus sesepuh perguruan Beladiri Sri Murni, almarhum I Nyoman Lepug ini.
Secara terpisah, Ketua Fraksi PDIP DPRD Bali, Ketut Tama Tenaya, menegaskan siapa saja yang diajak koalisi dalam usung Jokowi, harus diamankan. "Kalau kami di Bali tetap mengamankan agenda pusat. Kita kan prajurit di daerah, ya kita tetap mengamankan perintah partai, apa pun keputusan di pusat," ujar Tama Tenaya.
Menurut politisi asal Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini, kader PDIP di Bali sudah gerak untuk sosialisasi Jokowi. Bahkan, kader PDIP sudah siap urunan memenangkan Jokowi dengan dana gotong-royong. "Kita bahkan sudah siap-siap melakukan gotong royong dan all out untuk pemenangan Jokowi," tegas Bendahara DPD PDIP Bali ini. Sementara, untuk bursa Cawapres pendampingi Jokowi, ada tiga kader Golkar yang disebut-sebut bersaing. Mereka masing-masing Aburizal Bakrie alias ARB (Ketua Umum DPP Golkar), Jusuf Kalla alias JK (mantan Ketua Umum DPP Golkar), dan Akbar Tandjung (mantan Ketua Umum DPP golkar yang kini Ketua Dewan Pertimbangan DPP Golkar). Hanya saja, jajaran DPD I Golkar Bali masih menunggu keputusan Rapimnas, Minggu (18/5) besok, soal arah koalisi dan siapa yang diusung maju ke Pilpres 2014.
“Ke mana arah koalisi dan siapa yang diusung ke Pilpres 2014, baru akan diputuskan di Rapimnas Golker. Kami tidak mau mendahului,” ujar Wakil Ketua DPD I Golkar Bali, I Gusti Putu Wijaya. Sementara itu, The Soekarno Center tolak rencana koalisi PDIP-Golkar di Pilpres 2014. President The Soiekarno Center, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna, menyatakan bahaya jika maneuver Ketua Umum DPP Golkar ARB sampai masuk ke PDIP. "Manuver ARB sangat berbahaya. Kami para Marhaenis menolak kalau Golkar bersama ARB gabung ke PDIP. Kita melihat manuvernya ini harus diwaspadai," ujar Wedakarna di Denpasar, Kamis (15/5). Menurut Wedakarna, kalau Golkar masuk ke PDIP, arahnya jelas pragmatisme. Politisi PNIM yang Rektor Universitas Mahendradatta Denpasar ini curiga ARB merapat ke PDIP karena ada deal dengan Gerindra. Sebab, usai pertemuan ARB dengan Prabowo (Capres dari Gerindra), ada skenario besar. "Makanya, PDIP harus hati-hati dengan manuver ini," ujar Wedakarna yang baru saja pastikan lolos ke kursi DPD RI Dapil Bali hasil Pileg 2014.
Wedakarna pun mewarning Ketua Umum DPP PDIP Megawati hati-hati dengan manuver ARB. "Jangan sampai usung tokoh Golkar sebagai Cawapres pendamping Jokowi," tegas Wedakarna. Penolakan ini juga berlaku terhadap tokoh Golkar lainnya, termasuk JK dan Akbar Tandjung.
sumber : NusaBali