Musibah maut yang merenggut nyawa Pamangku Pura Dalem Bekak, Desa Pakraman Mengwi, Badung ini terjadi Senin siang sekitar pukul 12.30 Wita. Ketika itu, jukung yang ditumpangi korban Jro Mangku Swastika Jaya bersama tiga orang lainnya mendadak digulung ombak besar usai ritual Mulang Pakelem di tengah laut. Saat jukungnya terbalik dihantam gelombang besar, posisinya sekitar 100 meter dari tepi Pantai Seseh. Begitu jukungnya terbalik dihantam gelombang besar, korban Jro Mangku Swastika Jaya langsung terpental dalam kondisi sekarat. Beruntung, tubuhnya tidak tenggelam karena mengenakan pelampung. Jro Mangku Swastika kemudian dibawa ke tepi pantai tiga korban lainnya yang selamat. Namun, korban keburu menghembuskan napas terakhir sebelum dilarikan ke RSUD Badung di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi.
Jro Mangku Swastika diduga kuat sekarat hingga tewas karena dihantam kantih jukung saat terpelanting. Sedangkan tiga korban lainnya dalam musibah jukung terbalik dihantam gelombang di Pantai Seseh, selamat dari maut karena mereka berhasil berpegangan di kantih jukung. Mereka masing-masing I Made Dirga Yusa (pihak keluarga dari Desa Pakraman Mengwi yang mengajak korban Jro Mangku Swastika ke tengah laut untuk upacara pakelem), serta dua nelayan pemilik jukung. Informasi di lapangan, keluarga Made Dirga Yusa melaksanakan ritual Mulang Pakelem ke Pantai Seseh, Desa Munggu serangkaian upacara Ngenteg Linggih di Merajan (Pura Keluarga) di rumahnya, Desa Pakraman Mengwi. Jro Mangku Swastika yang kesehariannya ngayah sebagai pamangku di Pura Dalem Bekak, Desa Pakraman Mengwi kemudian diminta bantuan keluarga Made Dirga Yusa untuk memimpin upacara ritual Mulang Pakelem di Pantai Seseh. Senin kemarin, ada belasan anggota keluarga Made Dirga Yusa yang ikut ke Pantai Seseh untuk ritual Mulang Pakelem. Namun, sebagian dari mereka pilih menunggu di tepi pantai.
Sedangkan Made Dirga Yusa dan Jro Mangku Swastika bersama dua nelayan pemilik jukung berangkat ke tengah laut lengkap dengan sarana banten Pakelem. Mereka naik jukung ke tengah laut kemarin siang sekitar pukul 11.00 Wita. Awalnya, perjalanan ke tengah laut hingga ritual Mulang Pakelem berlangsung lancar. Habis Mulang Pakelem, jukung yang mengangkut Jro Mangku Swastika pun balik ke tepi pantai. Namun, saat mereka masih berada di tengah laut sekitar 100 meter dari bibir pantai pukul 12.30 Wita, mendadak muncul gelombang besar menghantam jukungnya, hingga membuat Jro Mangku Swastika terpelanting. Menurut kesaksian Ni Putu Setiyari, 55, kakak dari Jro Mangku Swastika, setelah jukung terbalik, Made Dirga Yusa bersama dua nelayan yang selamat kemudian membawa korban ke tepi pantai. Saat dievakuasi ke pantai, kondisi Pamangku Pura Dalem Bekak ini sudah sekarat. “Semula, dia (korban Jro Mangku Swastika) mau dibawa ke RSUD Badung di Kapal, tapi keburu meninggal,” ungkap Putu Setiyari.
Kendati keburu meninggal, jenazah Jro Mangku Swastika tetap dibawa ke RSUD Badung untuk pemeriksaan medis. Dari RSUD Badung, jenazah korban kemudian dibawa keluarganya ke rumah duka di Banjar Gambang, Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Senin sore pukul 16.00 wita. Hingga tadi malam, jenazah korban ganasnya ombak Pantai Seseh ini masih disemayamkan di rumah duka. Korban Jro Mangku Swastika berpulang buat selamanya dengan meninggalkan seorang istri, Ni Luh Gede Nuryati, 43, serta dua orang anak: Ni Putu Ade Indah Sukmayati, 17, dan Bagus Yoga Pramana Putra, 13. “Kami semua berduka atas kematian adik saya (Jro Mangku Swastika). Tapi, kami sudah merelakannya. Aapalagi, dia meninggal saat menjalankan tugasnya sebagai sorang pamangku,” tutur kakak almarhum, Putu Setiyari, saat ditemui di rumah duka, kemarin sore.
Pantauan pelayat terus berdatangan ke rumah duka hingga kemarin petang untuk mengucapkan bela sungkawa di depan jenazah korban yang disemayamkan di salah satu bale. Pihak keluarga belum memutuskan, kapan jenazah Jro Mangku Swastika akan diabenkan. "Kami sekeluarga belum membicarakan masalah itu. Nanti kami pasti akan bicara masalah dewasa ayu (hari baik)," ungkap Putu Setiyari. Menurut Putu Setiyari, tidak ada firasat khusus sebelum kematian tragis Jro Mangku Swastika. Pagi hari sebelum tewas di laut, Senin kemarin, Jro Mangku Swastika masih beraktivitas seperti biasa. Namun, sehari sebelum musibah maut, salah seorang kakak korban, Jro Mangku Sriyati, sempat bermimpi aneh. Dalam mimpinya itu, orangtua Jro Mangku Swastika yang sudah lama meninggal tiba-tiba mendatangi Jro Mangku Sriyati.
"Menurut adik saya itu (Jro Mangku Sriyati), orangtua datang dan bilang mau mengambil anaknya. Tidak jelas, saiapa anaknya yang mau diambil itu. Tahu-tahu, Jro Mangku Swastika yang meninggal hari ini (kemarin)," kisah Putu Setiyari. Sementara itu, Kepala Desa (Perbekel) Mengwi, I Nyoman Sudayasa, mengaku sangat berduka dan kehilangan atas meninggalnya Jro Mangku Swastika. Selain merupakan teman akrab dan sepermainan di masa kecil, menurut Nyoman Sudayasa, selama ini Jro Mangku Swastika jadi pamangku di Pura Dalem Bekak. Dengan kematian tragis Jro Mangku Swastika akibat diterjang ombak Pantai Seseh, penyungsung Pura Dalem Bekak praktis kehilangan pamangkunya. “Kita, terutama saya sebagai tempan masa kecilnya, sangat kehilangan atas meninggalnya Jro Mangku Swastika,” ungkap Perbekel Sudayasa saat dikonfirmasi secara terpisah, tadi malam. Belajar dari musibah maut yang menimpa Jro Mangku Swastika, Sudayasa pun berharap ke depan PHDI mulai memikirkan apakah memang harus dilaksanakan upacara Mulang Pakelem di tengah laut.
“Apa tidak bisa cukup hanya Mulang Pakelem di pinggir pantai,” ujar Sudayasa. “Saya kira, ini harus jadi renungan para tokoh-tokoh Hindu di Parisadha, juga Dinas Kebudayaan.”
sumber : NusaBali