Ketika musibah terjadi, Minggu siang sekitar pukul 12.45 Wita, korban Ahmad Sarifuddin, buruh proyek vila asal kawasan Ngronggot, Nganjuk, Jawa Timur mandi di Pantai Purnama bersama kakak kandungnya, Sutio, 20. Kebetulan, lokasi proyek vilanya berada tidak terlalu jauh dari Pantai Purnama. Kakak-adik Sutio dan Ahmad Sarifudin kala itu mandi di Pantai Purnama bersama sejumlah rekannya sesama buruh proyek vila lainnya, saat istrihat jam makan siang. Korban Ahmad Sarifudin sendiri mandi hanya mengenakan celana dalam coklat coklat. Namun, baru beberapa menit berenang di Pantai Purnama, mendadak muncul ombak besar. Sutio dan buruh vila lainnya berhasil menyelamatkan diri. Namun, adik Sutio, Arif Sarifudin, langsung terseret arus, kemudian tenggelam dan menghilang dari pandangan. "Adik saya (Ahmad Sarifudin) sempat teriak-teriak minta tolong, sebelum tubuhnya tenggelam," tutur Sutio di lokasi musibah, Minggu kemarin.
Musibah tenggelamnya buruh proyek vila berusia 17 tahun ini kontan membuat terkejut warga di Pantai Purnama. Sebagian dari mereka berupaya memberikan pertolongan, namun sia-sia. Warga kemudian melaporkan musibah tersebut ke Mapolsek Sukawati. Begitu mendapat laporan, aparat kepolisian langsung terjun ke Pantai Purnama untuk melakukan pencarian, bersama para buruh bangunan sekitar. Tim SAR juga terjun melakukan pencarian, gabung dengan polisi dan petugas Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar. Pencarian dilakukan di bawah guyuran hujan lebat, dengan menyusuri sepanjang pantai seputar tenggelamnya korban. Bahkan, Tim SAR beranggotakan 10 personel kemarin sore melakukan penyisiran hingga ke Pantai Lebih, Kecamatan Gianyar (arah timur dari lokasi musibah). Namun, hingga Minggu petang, upaya pencarian tim gabungan belum membuahkan hasil. Korban diduga kuat telah meninggal, tapi jazadnya belum muncul.
Kepala BPBD Gianyar, Anak Agung Gde Oka Digjaya, juga ikut terjun memantau proses pencarian korban. Menurut Oka Digjaya, proses pencarian korban terkendala oleh derasnya arus laut. Kendala ini juga diakui Kanit Rescue Polda Bali, I Nyoman Budiasa, yang kemarin sore terjun ke lokasi musibah. “Tim kami terpaksa ekstra hati-hati dalam melakukan pencarian korban, karena semakin sore cuaca kian memburuk. Pencarian akan dilanjutkan besok pagi (hari ini) dengan mengerahkan tim gabungan,” ujar Nyoman Budiasa. Ditemui di lokasi musibah, Minggu sore, seorang tokoh warga yang tinggal di Pantai Purnama, I Ketut Sujadi, mengatakan pihaknya sudah berkali-kali memberitahukan agar para buruh yang belum tahu kondisi pantai setempat jangan mandi sembarangan. "Siapa pun yang datang ke Pantai Purnama ini, selalu kami ingatkan agar tidak mandi sembarangan. Sampai lelah kami mengingatkan mereka," ungkap Ketut Sujadi.
“Tapi, para buruh jarang mau menggubris peringatan untuk jangan mandi sembarangan, terutama di daerah terlarang Pantai Purnama,” imbuhnya. Sementara itu, nelayan asal Nusa Penida, Klungkung, I Wayan Bantat, 45, yang sebelumnya dilaporkan hilang ketika melaut, Jumat (31/5) pagi dinihari, telah ditemukan dalam kondisi selamat. Nelayan asal asal Banjar Telaga, Desa Kutampi, Kecamatan Nusa Penida ini ditemukan terdampar terdampar di perairan Pantai Mengiat, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Sabtu, (1/6) sore. Informasi yang dihimpun, korban Wayan Bantat bersama jukungnya ditemukan terombang-ambing oleh seorang nelayan di Pantai Mengiat. Saat ditemukan, Wayan Bantat dalam kondisi lemas dan trauma.
Kemudian, korban ditolong oleh nelayan Nusa Dua tersebut, kemudian dievakuasi ke darat. Nelayan Nusa Dua yang menolong korban Wayan Bantat adalah I Wayan Suarta. Oleh Wayan Suarta, korban kemudian diajak menginap semalaman di rumahnya di Nusa Dua. Kasus temuan nelayan hilang ini juga dilaporkan ke Polsek Kuta Selatan. Lalu, Polsek Kuta Selatan koordinasi dengan Polsek Nusa Penida untuk memulangkan korban Wayan Bantat ke Nusa Penida. Kapolsek Nusa Penida, Kompol I Wayan Sarjana, mengatakan korban Wayan Bantat sudah dijemput keluarganya ke Nusa Dua, lalu diajak pulang ke Banjar Telaga, Desa Kutampi, Nusa Penida, Minggu pagi. “Tadi pagi (kemarin) korban sudah dijemput dan diajak pulang keluarganya. Korban dalam keadaan selamat, namun kondisinya masih trauma. Mungkin karena terlalu lama terombang-ambing di laut bahkan terdampar hingga ke perairan Nusa Penida,” ujar Kapolsek Wayan Sarjana saat dikonfirmasi per tekepon, Minggu kemarin. Korban Wayan bantam sendiri diketahui melaut seorang diri dengan jukungnya, Jumat dinihari sekitar pukul 04.00 Wita. Namun, hingga Jumat malam, korban tidak pulang sehingga dinyatakan hilang. Pihak keluarga dan warga sekampung pun melakukan pencarian selama seharian, Sabtu lalu.
Bahkan, polisi melakukan pencarian hingga ke perairan Karangasem. Di sisi lain, seorang nelayan asal Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, I Putu Arnama, 48, nyaris tenggelam gara-gara jukungnya terbalik akibat dihantam gelombang besar, Sabtu subuh. Beruntung, beberapa nelayan yang berada di belakang jukungnya segera memberikan pertolongan, sehingga korban Putu Arnama selamat dari maut. Awalnya, korban Putu Arnama berangkat melaut dengan jukung fiber, Jumat dinihari sekitar pukul 03.00 Wita. Saat mulai melaut, cuaca di perairan Desa Perancak sebenarnya cukup bersahabat. Korban pun dengan santainya mancing di tengah laut dari atas jukungnya seorang diri. Selesai memancing, korban Putu Arnama pun berniat balik ke darat. Namun, saat pelayaran sudah berada di pantai Desa Perancak dan hendak masuk ke muara Sungai Ijogading, tiba-tiba muncul ombak besar setinggi hampir 4 meter menghatam jukungnya.
“Saya sempat tenggelam. Saya telah berusaha menggapai jukung yang sudah terbalik. Tapi, karena saya terlempar jauh, saya tidak bisa menjangkau jukung,” tutur Putu Arnama, Minggu kemarin. Beruntung pagi itu ada beberapa nelayan di sekitar lokasi musibah. Mereka kemudian menolong korban Putu Arnama hingga selamat dari maut. Hanya saja, seluruh perlengkapan menangkap ikan milik korban berukut ikan hasil tangkapan kala itu hilang dibawa gelombang. Korban mengaku menderita kerugian material sekitar Rp 1,7 juta.
sumber : NusaBali