Rabu, 20 Februari 2013, 08:39
Ketua DPD Hanura Bali, Gede Ngurah Wididana alias Pak Oles, mengatakan secara nurani dirinya melihat Arjaya merupakan politisi potensial, anak muda yang punya idealisme untuk Bali. “Kalau memang sudah tidak diberikan tiket oleh partainya, kami dari Hanura sangat siap menampung Pak Arjaya,” ujar Pak Oles, Selasa (19/2).
Menurut Pak Oles, saat ini Hanura sedang mencari banyak kader untuk ikut gabung menuju Pileg 2014. Karena itu, kemarin soal Arjaya diberangus dan menjadi tumbal pertama Pilgub Bali 2013, Pak Oles langsung menghubungi politisi muda PDIP asal Sanur, Denpasar Selatan yang masih menjabat Ketua Kamisi I DPRD Bali tersebut. Inisiatif Pak Oles menelepon Arjaya adalah untuk menyampaikan bahwa Hanura siap merekrut dan memberinya tiket maju sebagai caleg untuk kursi DPRD Bali di Pileg 2014. Hanya saja, kata Pak Oles, ponsel Arjaya dalam
keadaan tidak aktif saat dihubungi. “Saya sudah hubungi dia (Arjaya), tapi ponselnya tidak aktif.
keadaan tidak aktif saat dihubungi. “Saya sudah hubungi dia (Arjaya), tapi ponselnya tidak aktif.
Kami tegaskan, Hanura siap menampung Pak Arjaya. Tiket sudah siap, kendaraan sudah siap, tunggu apalagi?” ujar Pak Oles yang juga anggota DPRD Bali dan tengah bersiap maju incar kursi DPR dalam Pileg 2014 mendatang. Siapkah Arjaya naik kendaraan Hanura untuk maju ke Pileg 2014? Dikonfirmasi secara terpisah per telepon, tadi malam, Arjaya mengatakan dirinya adalah kader PDIP. Dia lahir dan besar di lingkungan keluarga yang berperan membela PDIP. Jadi, hingga saat ini tidak ada pikiran loncat pagar ke partai lain. “Bagi saya, PDIP merupakan agama kedua saya, setelah agama Hindu,” tegas politisi muda yang dua kali periode secara beruntun dipercaya sebagai Ketua Komisi I DPRD Bali ini.
Arjaya kembali menegaskan semua berpulang kepada mekanisme partai. “Kalau memang partai tidak mencalonkan saya, tentu tidak masalah buat saya. Tapi, kalau oknum yang bermain, pasti akan saya ladeni. Mati pun saya ladeni,” tandasnya. “Hidup saya dan keluarga saya untuk partai sejak masih bernama PDI yang tertindas oleh rezim Orde Baru sampai menjadi PDIP yang besar seperti sekarang,” lanjut Arjaya yang putra dari tokoh PDIP Nyoman Lepug. Sementara, isu terpentalnya Arjaya dari DCS yang disiapkan DPC PDIP Denpasar untuk kursi DPRD Bali dalam Pileg 2014, juga menimbulkan bara di internal partai Banteng Gemuk. Banyak kader elite PDIP yang pakrimik (menggerutu), pertanda menyayangkan pemberangusan Arjaya, Selasa kemarin.
Salah seorang kader elite PDIP menyebutkan, kalau politisi militan sekaliber Arjaya yang ayah dan keluarganya telah ikut berjasa membesarkan PDIP saja disikat induk partainya, apalagi yang hanya kelas kroco-kroco. Mereka khawatir bernasib sama dengan Arjaya. “Kalau Arjaya saja harus tergeletak, apalagi kader yang sekelas kita-kita. Padahal, Arjaya dan keluaragnya hidup mati mengabdikan diri untuk partai,” sesalnya. Sebaliknya, Ketua DPD PDIP Bali Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi alias Cok Rat tidak banyak berkomentar saat dikonfirmasi soal pemberangusan Arjaya. “Ah, begenep takonange, rage ube gelem ngurus keto (Ah, ada saja yang ditanyakan, saya sudah sakit mengurus yang begituan, Red),” elak Cok Rat ketika dicegat yang di Gedung DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Selasa kemarin. Ditanya soal Arjaya masih layak pakai atau tidak, menurut Cok Rat, hal itu sepenuhnya kewenangan DPC PDIP Denpasar.
Cok Rat menegaskan, kalau memang dicalonkan dari bawah atau diusulkan PAC PDIP Kecamatan, seharusnya masuk dalam DCS. Menurut Cok Rat, termasuk soal munculnya nama AA Ngurah Puspayoga (Wakil Gubernur Bali yang diusung PDIP sebagai Cagub untuk Pilgub 2013) dalam DCS dari Dapil Denpasar untuk kursi DPR di Pileg 2014 pun, bukan kewenangan dirinya selaku ketua DPD PDIP Bali memutuskannya. ”Tapi nggak tahu, DPC PDIP ngelah urusan to (punya urusan itu),” tandas Cok Rat yang juga Ketua DPRD Bali 2009-2014. Ketika ditanya soal informasi Arjaya ‘dibuang’ dengan diusulkan maju sebagai caleg untuk kursi DPR, Cok Rat membenarkan ada usulan tersebut. “Katanya sih diusulkan, tapi itu katanya. Kalau katanya, saya nggak tahu dah,” jelas politisi sepuh PDIP asal Puri Satria Denpasar ini. Sementara itu, mantan politisi militant PDIP yang kini gabung ke Gerindra pasca diberangus induk partainya, Made Sudana, mengaku sejak awal sudah menduga Arjaya akan dibabat karena getol membela Program Bali Mandara.
Sudana bahkan mengatakan Arjaya menjadi korban dan tumbal ‘bloggisasi’. Menurut Sudana, mengalihkan Arjaya ke kursi DPR dalam Pileg 2014 sama saja pemberangusan. “Itu permainan dari jaringan yang sengaja menerapkan bloggisasi. Artinya, yang pintar dan cerdas jangan dicalonkan. Yang belog (bodoh) dicalonkan, supaya gampangan nguluk-nguluk dan disuruh sana-sini. Itulah bloggisasi di era jagat perpolitikan sekarang,” tandas Sudana yang mantan Ketua Fraksi PDIP DPRD Bali 2009-2014, tapi kemudian di-PAW. Soal Arjaya dicalonkan partainya maju ke DPR di Pileg 2014, menurut Sudana, itu politik kacangan. “Ah, daftar calon sementara saja sudah tidak masuk, bagaimana bicara daftar calon tetap? Itu politik nguluk-nguluk,” katanya. “Dulu ada namanya KKN. Sekarang muncul lagi Bli (kakak) Menangkan Adik dan Adik Menangkan Bli (kakak). Sama saja itu nepotisme dan berpeluang korupsi. Sekali lagi, saya sayangkan Arjaya diberangus kayak begitu. Di mana etikanya?” lanjut politisi nyentrik asal Desa Lalang Linggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan yang mantan caleg peraih suara terbanyak kedua se-Bali untuk kursi DPRD Provinsi dalam Pileg 2009 ini.
sumber : NusaBali