Thursday, January 24 2013 09:09
Kerusuhan Sumbawa Dipicu Kecelakaan
"Pak Gubernur
meminta semua pihak untuk tidak terpengaruh isu itu, sesungguhnya tidak
ada persoalan bernuansa SARA di Sumbawa, hanya kecelakaan lalu lintas
sebagaimana dilaporkan pihak kepolisian," kata Kepala Bagian Hubungan
Masyarakat dan Protokol Sekretaris Daerah NTB Tri Budi Prayitno di
Mataram, Selasa malam.
Sementara itu Wakil Gubernur H Badrul
Munir sudah menggelar rapat koordinasi dengan Bupati Sumbawa H Jamaludin
Malik dan unsur Forum Komunikasi Pemerintah Daerah (FKPD) Kabupaten
Sumbawa, yang juga dihadiri Kapolda Brigjen Pol Mochamad Iriawan dan
pimpinan TNI di wilayah NTB.
Sesuai penjelasan pihak Polda NTB,
kejadian yang sebenarnya adalah kecelakaan lalu lintas pada hari Sabtu
(19/1) sekitar pukul 23.00 Wita, di jalan raya jurusan Sumbawa-Kanar
Kilometer 15-16, di dekat tambak
udang Dusun Empang, Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa.
udang Dusun Empang, Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa.
Kronologis kejadian, yakni sepeda motor
Yamaha Mio DK-5861-WY melaju dari arah Kanar menuju Sumbawa. Ketika
tiba di dekat tambak udang itu, kendaraan selip dan terjatuh ke kanan
jalan.
Pengendara sepeda motor itu, yakni anggota polri Brigadir I
Gede Eka Swarjana (21) yang membonceng Arniati (30), yang tewas dalam
kecelakaan tersebut. "Penyidik sudah memeriksa saksi-saksi antara lain I
Wayan Merta Astika dan Arahman, terkait kecelakaan lalu lintas itu,"
katanya.
Ia menjelaskan kematian wanita itu akibat kecelakaan
lalu lintas, sedangkan kebetulan pengendara sepeda motor yang anggota
polri itu beragama Hindu dan wanita yang diboncengnya merupakan pacarnya
yang beragama Islam. Dari hal ini kemudian memicu kemarahan
sanak-keluarga korban yang didukung warga lainnya.
Sekitar 500
warga melakukan penyerangan secara spontan terhadap permukiman tertentu
di Sumbawa Besar, ibu kota Kabupaten Sumbawa, dipicu oleh isu bernuansa
SARA, Selasa, sekitar pukul 13.30 Wita. Menurut kepolisian, selain
melempar Pura dan membakar kendaraan, aksi itu juga merusak harta milik
warga lainnya yang beragama Hindu.
Pangdam Imbau Warga Tak Terprovokasi
Denpasar - Panglima Komando Daerah Militer IX/Udayana
Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya mengimbau kepada masyarakat Bali agar tidak
mudah terprovokasi menyikapi pascakerusuhan yang terjadi di Sumbawa
Besar, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pada Selasa (22/1).
"Kita
seluruhnya berpikir tegas, tenang, hati bersih, dan melihat persoalan
yang ada. Mari kita 'mesimakrama' (berdialog) itu kita saling
menghormati, tidak mudah terpengaruh, tidak mudah terpancing, dan tidak
mudah terprovokasi," katanya di Denpasar, Rabu.
Jenderal
berbintang dua itu meminta agar masyarakat tetap mengenali diri dan
introspeksi agar peristiwa tersebut tidak terjadi di Pulau Dewata.
Pihaknya
telah mengerahkan personel untuk mendukung aparat kepolisian setempat
dalam meredam konflik berkepanjangan yang melanda etnis Bali di
Kecamatan Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa.
Hingga Rabu pagi
(23/1), Winsnu Bawa Tenaya menyampaikan bahwa aparat telah melakukan
monitoring situasi terakhir yang sudah kondusif dan terkendali. "Pagi
tadi kami sudah monitor, semuanya sudah tenang. Dandrem, Dandim, dan
personel kami sudah ada di sana. Semua sudah terkendali. Saya ingatkan
agar jangan mudah terpancing," tegas Jenderal asal Mengwi, Kabupaten
Badung, itu.
Sebelumnya pada Selasa sore (22/1) ribuan massa
merusak dan membakar permukiman dan pura warga Bali yang tinggal di
Sumbawa Besar dan mengakibatkan ratusan warga komunitas asal Pulau
Dewata mengungsi ke Markas Kodim dan Polres setempat.
Tak hanya itu, kerusuhan juga meluas hingga membakar sejumlah pertokoan, hotel, dan fasilitas umum lainnya.
Pihak
kepolisian setempat menyatakan bahwa penyerangan terhadap warga etnis
Bali itu disebabkan tewasnya seorang warga Sumbawa, Arniati binti Abdul
Hamid, karena kecelakaan saat dibonceng oleh kekasihnya, yakni seorang
polisi asal Bali Brigadir Polisi Eka Suarjana.
Ketua Komisi III salahkan polisi atas kerusuhan Sumbawa
Ketua Komisi III DPR, Gede Pasek Suardika mengatakan, kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Sumbawa, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), karena lemahnya respons polisi. Dia menilai polisi lamban melerai aksi massa.
"Deteksi dininya (polisi) lemah, ketegasan aparat payah, malah aparat memilih menonton aksi kerusuhan daripada mengatasi kerusuhan," kata Pasek saat dihubungi wartawan, Rabu (23/1).
Menurut Pasek, polisi tidak bergeming ketika ratusan massa merusak belasan rumah dan beberapa di antaranya hangus dibakar. Bahkan, lanjut Pasek, ketika jumlah massa bertambah, polisi hanya menghalau saja tanpa disertai tindakan tegas.
"Kalau atasannya gamang, tentu aparat di bawahnya ragu-ragu," kata Pasek.
Diakui Pasek, bisa jadi keraguan polisi menghalau massa yang anarki karena polisi menjaga diri dan mengantisipasi, takut dituduh melanggar HAM ketika bertindak kasar. Sehingga polisi terkesan hanya menyaksikan kerusuhan. Namun, seharusnya polisi tidak bersikap demikian.
Sebagai bagian dari penegak hukum, sudah sepatutnya polisi memiliki wewenang menindak tegas siapa saja yang melanggar hukum. "Kalau mengatasi aksi massa ratusan saja sebuah Polres sudah tidak mampu, bagaimana dengan massa yang lebih besar?," kata Pasek.
Sebelumnya, kerusuhan di Sumbawa diduga berawal dari kecelakaan lalu lintas, yang menewaskan seorang wanita. Kerusuhan tersebut terjadi sekitar pukul 23.00 Wita.
"Yang jelas pemicunya kecelakaan out of control pada malam Minggu sekitar pukul 23.00 Wita ada kecelakaan dua orang naik motor, kemudian pacar korban meninggal peristiwa menyulut emosi massa bergerak ke rumah cowok," kata Kabid Humas Polda NTB, AKBP Sukarman Hussein lewat telepon selulernya, Selasa (22/1).
Massa dari pihak wanita kemudian mendatangi rumah korban laki-laki. "Sempat melempar beberapa rumah korban kecelakaan, kerugian material belum tahu," ujarnya.
Saat ini, polisi dan TNI berhasil menenangkan massa agar tidak anarkis. "Situasi berhasil diamankan," tegasnya.
Ketua Komisi III salahkan polisi atas kerusuhan Sumbawa
Ketua Komisi III DPR, Gede Pasek Suardika mengatakan, kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Sumbawa, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), karena lemahnya respons polisi. Dia menilai polisi lamban melerai aksi massa.
"Deteksi dininya (polisi) lemah, ketegasan aparat payah, malah aparat memilih menonton aksi kerusuhan daripada mengatasi kerusuhan," kata Pasek saat dihubungi wartawan, Rabu (23/1).
Menurut Pasek, polisi tidak bergeming ketika ratusan massa merusak belasan rumah dan beberapa di antaranya hangus dibakar. Bahkan, lanjut Pasek, ketika jumlah massa bertambah, polisi hanya menghalau saja tanpa disertai tindakan tegas.
"Kalau atasannya gamang, tentu aparat di bawahnya ragu-ragu," kata Pasek.
Diakui Pasek, bisa jadi keraguan polisi menghalau massa yang anarki karena polisi menjaga diri dan mengantisipasi, takut dituduh melanggar HAM ketika bertindak kasar. Sehingga polisi terkesan hanya menyaksikan kerusuhan. Namun, seharusnya polisi tidak bersikap demikian.
Sebagai bagian dari penegak hukum, sudah sepatutnya polisi memiliki wewenang menindak tegas siapa saja yang melanggar hukum. "Kalau mengatasi aksi massa ratusan saja sebuah Polres sudah tidak mampu, bagaimana dengan massa yang lebih besar?," kata Pasek.
Sebelumnya, kerusuhan di Sumbawa diduga berawal dari kecelakaan lalu lintas, yang menewaskan seorang wanita. Kerusuhan tersebut terjadi sekitar pukul 23.00 Wita.
"Yang jelas pemicunya kecelakaan out of control pada malam Minggu sekitar pukul 23.00 Wita ada kecelakaan dua orang naik motor, kemudian pacar korban meninggal peristiwa menyulut emosi massa bergerak ke rumah cowok," kata Kabid Humas Polda NTB, AKBP Sukarman Hussein lewat telepon selulernya, Selasa (22/1).
Massa dari pihak wanita kemudian mendatangi rumah korban laki-laki. "Sempat melempar beberapa rumah korban kecelakaan, kerugian material belum tahu," ujarnya.
Saat ini, polisi dan TNI berhasil menenangkan massa agar tidak anarkis. "Situasi berhasil diamankan," tegasnya.
Warga Keturunan Bali Masih Mengungsi
Mataram - Sekitar seribu jiwa warga Kabupaten Sumbawa
keturunan Bali masih mengungsi di markas aparat TNI dan polri, terkait
kerusuhan akibat terprovokasi isu bernuansa Suku Agama Ras dan
Antargolongan (SARA) yang mencuat Selasa (22/1) siang hingga petang.
"Tadi Pak Gubernur sudah meninjau lokasi yang menjadi sasaran amukan massa, sekaligus mengunjungi warga yang mengungsi di markas TNI dan polri di Sumbawa," kata Kabag Humas dan Protokol Setda NTB Tri Budiprayitno, di Mataram, Rabu, usai mendampingi Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi, dalam peninjauan ke Sumbawa.
Gubernur bertolak dari Mataram, ibukota Provinsi NTB menggunakan helikopter milik polri, dan kembali menggunakan helikopter yang sama.
Tri mengatakan, warga Sumbawa keturunan Bali yang mengungsi di Markas Kodim Sumbawa lebih dari 100 kepala keluarga (KK) yang mencapai 700 jiwa lebih.
Sekitar 1.000 jiwa juga masih mengungsi di Markas Kompi Senapan B Batalyon Infanteri (Yonif) 742/SYB di Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa.
"Ada juga ratusan jiwa yang mengungsi di Markas Polres Sumbawa, dan para pengungsi itu masih memilih bertahan di lokasi itu, sambil menunggu perkembangan situasi," ujarnya.
"Tadi Pak Gubernur sudah meninjau lokasi yang menjadi sasaran amukan massa, sekaligus mengunjungi warga yang mengungsi di markas TNI dan polri di Sumbawa," kata Kabag Humas dan Protokol Setda NTB Tri Budiprayitno, di Mataram, Rabu, usai mendampingi Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi, dalam peninjauan ke Sumbawa.
Gubernur bertolak dari Mataram, ibukota Provinsi NTB menggunakan helikopter milik polri, dan kembali menggunakan helikopter yang sama.
Tri mengatakan, warga Sumbawa keturunan Bali yang mengungsi di Markas Kodim Sumbawa lebih dari 100 kepala keluarga (KK) yang mencapai 700 jiwa lebih.
Sekitar 1.000 jiwa juga masih mengungsi di Markas Kompi Senapan B Batalyon Infanteri (Yonif) 742/SYB di Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa.
"Ada juga ratusan jiwa yang mengungsi di Markas Polres Sumbawa, dan para pengungsi itu masih memilih bertahan di lokasi itu, sambil menunggu perkembangan situasi," ujarnya.
sumber : antarabali, merdeka