Jumat, 9 Nopember 2012, 07:59
Ketua DPD I Golkar Bali Ketut Sudikerta |
Rapat pengurus di Kantor Sekretariat DPD I Golkar Bali, Jalan Surapati 9 Denpasar, Kamis sore, digelar dengan agenda membahas masalah pencalegan untuk Pileg 2014, evaluasi program partai, dan evaluasi Pilkada Gianyar 2014. Dalam rapat yang dipimpin langsung Ketua DPD I Golkar Bali Ketut Sudikerta itu, banyak pengurus inti yang absent.
Pengurus teras yang hadir, antara lain, I Gusti Agung Daniel Yunanda Yudha, Dewa Ngakan Rai Budiasa, AA Sagung Anie Asmor (Ketua KPPG Bali), dan Ketua DPD II Golkar Gianyar, Made Dauh Wijana. Nah, saat acara rapat belum dimulai, tiba-tiba Rai Budiasa ‘dihardik’ Sudikerta. Informasinya, Sudikerta menuding kekalahan Paket Ning di Gianyar terjadi karena Rai Budiasa yang memaksa DPP Golkar dan Ketua DPD I Golkar Bali agar mengusung Cok Nindia sebagai Calon Bupati (Cabup). Dituding seperti itu, Rai Budiasa kontan berang dan balik menyerang Sudikerta.
Ribut soal kekalahan Paket Ning di Sekretariat DPD I Golkar Bali kemarin sore selesai begitu saja, karena rapat langsung dimulai pasca cekcok Sudikerta vs Rai Budiasa. Namun, ketika rapat pembahasan program partai dan pencalegan untuk Pileg 2014 dimulai, muncul usulan dari Gianyar soal nama-nama kader yang layak diusung sebagai caleg. Ketika Dewa Budiasa angkat bicara mengusulkan pencalegan, kembali ditohok
Sudikerta.
Sudikerta.
Perang mulut antara Sudikerta vs Rai Budiasa di rapat DPD I Golkar Bali kemarin sore kontan langsung menyebar melalui Blackberry Mesengger (BBM). Kami juga mendapatkan SMS dari salah satu elite Beringin yang duduk di Bidang Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPD I Golkar Bali soal cekcok pasca KO-nya Paket Ning di Pilkada Gianyar 2012 tersebut.
Ketika dikonfirmasi, Rai Budiasa membenarkan dirinya rebut dengan Sudikerta. Menurut politisi Golkar asal Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Gianyar ini, dirinya tidak terima dikambinghitamkan sebagai biang kekalahan partainya di Pilkada Gianyar 2012---Paket Ning dipecundangi pasangan AA Gde Agung Bharata-Made Agus Mahayastra (Cabup-Cawabup Gianyar yang diusung PDIP) dengan suara telak. “Saya tidak terima dikambinghitamkan. Sebetulnya, saya yang paling pertama menolak Cok Nindia jika langsung diusung sebagai Cabup Gianyar. Saya meminta agar Cok Nindia diuji dulu kelayakan dan dipertimbangkan elektibilitasnya sebelum dicalonkan. Sekarang setelah kalah, kok saya yang dituding,” ungkap Rai Budiasa.
Rai Budiasa juga mengakui dirinya dihadang lagi oleh Sudikerta saat mengajukan usulan nama caleg ke Pileg 2014. “Saya nggak diperbolehkan mengusulkan nama caleg. Alasannya, nanti kayak kasus Paket Ning di Gianyar: nggak punya uang, nggak punya massa, dan kalah. Ini sudah melecehkan,” keluh Rai Budiasa. Sayangnya, Sudikerta belum berhasil dikonfirmasi terkait cekcok dengan Rai Budiasa masalah Pilkada Gianyar 2012. Sebab, Sudikerta langsung meninggalkan Sekretariat DPD I Golkar Bali seusai rapat. Ketika dihubungi telepon, ponselnya diarahkan mailbox.
Sementara, uapaya mengkambinghitamkan kader Golkar menyusul kekalahan Paket Ning di Pilkada Gianyar 2012 juga beredar melalui SMS gelap, Kamis kemarin. Setidaknya, ada dua jenis SMS gelap beda isi yang beredar kemarin. SMS pertama berbunyi, “Buat kader Golkar. Selamat dan sukses atas keberhasilan menggulingkan Ning dalam Pilkada Gianyar 4 November 2012, karena dengan sengaja tidak membangun koalisi dengan partai lain dan masyarakat. Tim pemenangan dan kader tidur nyenyak, saksi di TPS tidak lengkap. Siap-siap terima hadiah yang setimpal dari masyarakat Gianyar di 2014.” Sedangkan SMS kedua berbunyi, “Kekalahan Ning di Gianyar itu, Golkar harus bertanggung jawab (Dauh Wijana) dan jajaran pengurus DPD II Golkar Gianyar.”
Bagaimana reaksi Dauh Wijana? Ketua DPD II Golkar Gianyar ini menyatakan persoalan tidak perlu diperpanjang. “Sudah biasa, dalam setiap hal ada yang bermain dan punya tujuan,” ujar Dauh Wijana saat dikonfirmasi terkait SMS gelap yang memojokkan kader Golkar tersebut.
Ketika ditanya soal ribut antara Sudikerta vs Rai Budiasa dalam rapat DPD I Golkar Bali kemarin sore, menurut Dauh Wijana, itu hanya miskomunikasi. “Sudah, sudah itu jangan diperpanjang,” tandas politisi asal Tegallalang, Gianyar yang notabene mantan Sekretaris DPD I Golkar Bali di era Cokorde Gede Budi Suryawan (CBS) ini.
Golkar sendiri kehilangan kursi kepala daerah di Gianyar, menyusul kekalahan Paket Ning dari Paket Bagus di Pilkada 2012. Semula, kursi kepala daerah Gianyar periode 2008-2013 berada dalam genggaman Golkar, melalui Bupati Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace dan Wakil Bupati Dewa Made Sutanaya. Dalam Pilkada Gianyar 2012, Paket Ning hanya mampu mendulang 31,25 persen suara, sementara Paket Bagus mendominasi 68,75 persen suara. Sementara itu, Wakil Sekjen DPP Golkar Gede Sumarjaya Linggih alias Demer mengakui kekalahan Paket Ning di Gianyar karena mesin politik partainya kurang berjalan kuat. "Mesin Partai Golkar kurang kuat berjalan dalam mensosialisasikan Cok Nindia-Ngurah Agung, sehingga tak mampu meraup suara rakyat,” jelas Demer dilansir Antara secara terpisah di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Kamis kemarin.
Faktor kedua kekalahan di Pilkada Gianyar 2012, kata Demer, adalah karena pasangan yang diusung Golkar, Cok Nindia-Ngurah Agung, kurang dikenal di masyarakat. "Pasangan kandidat yang diusung Golkar kurang merakyat, sehingga beliau kurang dikenal. Karena dari latar belakangnya, Cok Nindia adalah seorang birokrat, bukan dari politik," lanjut politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng yang juga anggota DPR dua kali periode ini.
sumber : NusaBali