Minggu, 9 September 2012, 17:09
TABANAN - Dua orang buruh toko bangunan asal Kampung Sapipukan, Desa Lapean, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), hanyut terseret arus saat mandi di Pantai Nyanyi, Banjar Nyanyi, Desa Beraban, Kediri, Tabanan, Sabtu (8/9). Satu korban, Primus Uspinit Apoan, 30, belum berhasil ditemukan. Sedangkan korban lainnya, Semi Pae, 28, yang berupaya menolong Primus malah ikut terseret arus, namun dia berhasil menyelamatkan diri.
Semi Pae yang selamat dari maut menceritakan, mereka datang berlima ke Pantai Nyanyi dan memarkir motor di Desa Cemagi, Kecamatan Mengwi, Badung, yakni di sebelah timur lokasi kejadian sekitar pukul 15.30 Wita. Setelah turun ke Pantai Nyanyi, buruh di toko bangunan Satwika Jaya, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung, itu sebelum mandi sempat bermain bola di tepi pantai. Saat teman-temannya masih main bola, Primus berenang. Sejurus kemudian ombak yang semula tenang mendadak membesar dan menyeret korban. Korban sempat teriak minta tolong, dan teriakannya didengar oleh Semi Pae, rekan kerjanya. Semi Pae kemudian melepaskan pakaiannya dan mengambil kayu untuk menolong korban. Tetapi, Semi Pae justru
ikut terseret arus, dan dia melihat temannya sudah semakin jauh terseret arus hingga ke tengah.
ikut terseret arus, dan dia melihat temannya sudah semakin jauh terseret arus hingga ke tengah.
“Saya berupaya menolong namun Primus semakin jauh. Saya ikut terseret dan berteriak minta tolong, tapi tak ada yang memberi pertolongan,” ungkap Semi Pae.
Lelaki yang bekerja sebagai sopir dan tinggal di Banjar Bantas, Desa Munggu, Mengwi, Badung, ini pun berupaya menyelamatkan diri dan akhirnya sampai di tepi pantai. Sesampainya di pesisir pantai, lelaki asal Timor Tengah Utara ini kemudian ditolong oleh seorang warga negara asing yang kebetulan melintas.
“Saya terus berupaya berenang sambil teriak-teriak minta tolong, tapi tak ada yang menolong. Sampai akhirnya saya merasakan kaki sudah menyentuh pasir. Puji Tuhan saya selamat,” ungkapnya. Namun dia mengaku bersedih karena temannya belum ditemukan. Dan disebut-sebut, Primus, temannya yang belum ditemukan itu, tidak bisa berenang. Sekitar pukul 18.00 Wita, istri Primus, Omi Masu, 28, yang mendapat informasi suaminya terseret arus tiba di lokasi kejadian. Perempuan asal TTU yang sudah menjalani bahtera rumah tangga selama dua tahun namun belum dikarunia anak ini langsung teriak histeris. Dia meronta seperti kesurupan dan teriak-teriak memanggil nama suaminya.
Kapolres Tabanan AKBP Dekananto Eko Purwono yang turun ke TKP mengatakan, belum bisa berbuat banyak atau melakukan pencarian ke tengah laut karena sudah malam. Namun personel Polres Tabanan diperintahkan untuk melakukan penyisiran di tepi pantai. “Tim SAR Polres Tabanan malam ini (kemarin malam) saya perintahkan melakukan penyisiran di tepi pantai. Kami belum bisa masuk ke laut karena kondisi sudah malam. Kami juga akan membangun posko di sini,” papar Dekananto.
Dekananto menambahkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Basarnas untuk melakukan upaya pencarian Minggu pagi ini. “Untuk hari ini (kemarin) Tim SAR Polres Tabanan melakukan penyisiran di tepi pantai,” tandasnya. Warga Beraban, Nang Wirati, salah seorang pemangku pura mengatakan, di Pantai Nyanyi sudah lumrah dijadikan lokasi mandi. Secara niskala tak ada larangan untuk mandi, hanya saja jangan sampai jauh ke tengah karena ombak tak bisa diterka. Dikatakannya, ombak Pantai Nyanyi sudah besar sejak Kamis (6/9). “Namun hari ini (kemarin) tak terlalu keras, mungkin saat mandi dihantam ombak keras yang datangnya tak bisa ditebak,” ujar Nang Wirati.
Menurut Nang Wirati, di lokasi kejadian sudah sering terjadi orang hanyut. Yang hanyut ada anak-anak, ada juga penggembala itik. Lokasi terseret pun sama yakni di barat loloan (pertemuan antara hilir sungai dengan laut). “Karena arus airnya tak bisa diterka, menurut cerita tetua, jika ada yang hanyut, air loloan (sungai) seketika membesar,” jelasnya.
Dre@ming Post______
SUMBER : NusaBali