Kamis, 19 Juli 2012, 07:39
ist - v/g : yan andie |
Insiden tabrak lari yang merenggut nyawa dadong (nenek) berusia 70 tahun ini terjadi di jalur utama Denpasar-Singaraja, tepatnya di Banjar Karangjung, Desa Sembung, Kecamatan Mengwi, Rabu subuh sekitar pukul 05.30 Wita. Saat musibah terjadi, korban Dadong Konokan berjalan kaki hendak membangunkan putranya, I Ketut Buda, 37, yang tidur di rumah seberang (sebelah barat) jalan.
Pas ketika menyeberang jalan, tiba-tiba ada sepeda motor Yamaha yang identitasnya belum diketahui melaju kencang dari arah selatan (Denpasar) menabrak Dadong Konokan. Diduga kuat, pengendara motor terhalang penglihatannya karena suasana gelap akibat hujan dan tanpa memperhatikan korban yang sedang menyeberang jalan.
Begitu ditabrak motor Yamaha, tubuh Dadong Konokan langsung terguling ke sebelah barat jalan hingga terjerumus ke Sungai Yeh Sungi. Tubuh korban kemudian terseret arus sungai yang sedang blabar (airnya meluap) akibat hujan semalaman. Sedangkan pengendara motor Yamaha yang tidak diketahui identitasnya,
langsung kabur diduga ke arah utara (Singaraja) setelah menabrak korban.
langsung kabur diduga ke arah utara (Singaraja) setelah menabrak korban.
Perihal hilangnya Dadong Konokan yang ternyata jadi korban tabrak lari ini pertama kali diketahui diketahui salah satu anak perempuan korban, Ni Made Mantin, 50. Pasalnya, pagi itu Made Mantin melihat sebuah sandal dan cerik (handuk) di lokasi tabrak lari. Setelah diamati, ternyata itu sandal dan handuk milik ibunya, Dadong Konokan.
Selain itu, Made Mantin juga melihat satu sepatu dan bekas patahan bodi sepeda motor yang berisi lambang Yamaha. Perempuan paruh baya ini pun langsung yakin ibunya yang sudah sepuh telah jadi korban tabrak lari. Apalagi, ibunya tidak kunjung balik ke rumah.
Berita buruk ini kemudian disampaikan Made Mantin kepada keluarganya di Banjar Karangjung, Desa Sembung. Awalnya, pihak keluarga menduga korban Dadong Konokan masih nyangkut di sungai tempatnya jatuh pasca ditabrak motor, hingga mereka turun ramai-ramai bersama warga sekitar untuk mencari dan mengevakuasi perempuan sepuh tersebut. Namun, upaya pencarian tidak membuahkan hasil. Karena merasa yakin korban Dadong Konokan telah hanjut terseret arus Sungai Yeh Sungi, kasus ini lantas dilaporkan pihak keluarka ke Polsek Mengwi. Begitu mendapat laporan, petugas dari Polsek Mengwi terjun ke lokasi bersama Tim SAR dan petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung. Pencarian korban dilakukan dengan menyusuri alur Sungai Yeh Sungi yang bermuara ke arah selatan.
Pencarian oleh tim gabungan, termasuk melibatkan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Badung I Putu Ngurah Thomas Juniarta membuahkan hasil, Rabu siang sekitar pukul 11.30 Wita. Tim gabungan menemukan korban Dadong Konokan dalam kondisi tewas dan jasadnya nyangkut pada akar pohon dekat Bendungan Yeh Sungi, yang berjarak sekitar 500 meter dari lokasi terjatuh. Artinya, korban tabrak lari ini terseret arus sungai sejauh 500 meter. Adalah keponakan korban, I Made Sanjaya, yang pertama kali melihat tubuh korban tersangkut di akar pohon.
Jasad korban Dadong Konokan langsung dievakuasi dan dibawa ke rumah duka di Banjar Karangjung, Desa Sembung. Lalu, petugas medis dari Puskesmas Mengwi datang ke rumah duka untuk memeriksa kondisi korban tabrak lari ini. Berdasarkan hasil pemeriksaan, korban tabrak lari ini tewas dengan sejumlah luka di sekujur tubuhnya. Antara lain, luka robek sepanjang 15 cm dengan kedalaman 2 cm dan lebar 3 cm, serta luka lebam di pelipis mata kiri. Korban juga mengalami patah kaki kiri, yang diduga akibat dihandam sepeda motor.
Kapolres Badung, AKBP Beny Arjanto, kemarin sempat melayat ke rumah duka di Banjar Karangjung, Desa Sembung untuk menyampaikan ucapan belasungkawa secara langsung kepada keluarga korban. Beny Arjanto juga menyerahkan santunan yang diterima suami korban, I Wayan Madra, 72. Setelah melayat ke rumah duka, Kapolres kemudian melihat lokasi kejadian yang berada di depan rumah korban. Kepada wartawan, Kapolres Beny Arjanto memastikan Dadong Konokan merupakan korban tabrak lari, hingga akhirnya jatuh ke sungai dan tewas terseret arus. Kepastian itu diperkuat adanya pecahan bodi sepeda motor yang berisi lambang produk Yamaha.
“Pengendara motor meluncur dari arah Denpasar menuju Singaraja (utara), kemudian menabrak korban yang sedang menyeberang jalan. Korban lalu terjatuh ke sungai dan hanyut,” terang Beny mengutip keterangan saksi di lapangan. Hanya saja, menurut Beny, kasus ini masih gelap, pelakunya belum teridentifikasi, karena terbatasnya saksi. Aapalagi, seorang saksio kunci belum bisa dikorek keterangannya karena masih trauma. “Kita masih minim saksi dalam kasus ini,” terang Beny.
Meski demikian, Beny mengimbau pelaku tabrak lari yang merenggut nyawa Dadong Konokan untuk menyerahkan diri ke polisi. “Kami harap pelaku tabrak lari mau bertanggung jawab dan menyerahkan diri ke kantor polisi,” pintanya. Sebaliknya, Kapolsek Mengwi AKP I Nyoman Suandi menyatakan pengendara motor yang menabrak korban saat kejadian tampil dengan ciri-ciri fisik mengenakan mantel hujan. Kapolsek sempat mencurigai pelaku tabrak lari ini seorang pelajar, sehingga tim Buser diterjunkan untuk memburunya.
“Kita sudah mencoba memburu pelaku yang diduga mengenakan pakaian seragam sekolah. Kita bahkan masuk ke empat lokasi sekolah di jalur utama Denpasar-Singaraja, namun hasilnya nihil karena semua pelajar berpakaian adat sehubungan hari ini (kemarin) rahina Tilem,” terang Kapolsek Nyoman Suandi. Sementara itu, hingga Rabu sore jenazah korban Dadong Konokan masih disemayamkan di Bale Delod rumah duka. Rencananya, jenazah korban akan dibuatkan upacara makingsan ring gni (dibakar) di Setra Adat Desa Sembung pada Saniscara Umanis Toulu, Sabtu (21/7) lusa.
Pantauan kemarin, suami korban yakni I Wayan Madra tampak terpukul atas kematian tragis istrinya. Wayan Madra duduk termangu di Bale Dangin rumah duka, sembari memandang ke arah Bale Delod di mana istrinya disemayamkan. “Tak ada wangsit (isyarat niskala) sebelum kejadian, mimpi buruk pun tak pernah,” cetus Wayan Madra.
Sedangkan anak korban, I Ketut Buda, paling terpukul atas peristiwa maut yang merenggut nyawa ibunya. Maklum, ibunya tewas ditabrak motor saat menyeberang jalan hendak membangunkan dirinya yang tidur di rumah berbeda. Menurut Ketut Buda, selama ini ibunya sering membangunkannya untuk berangkat kerja pagi-pagi, sebagai sopir truk tanki.
Pagi tadi saat kejadian (kemarin) ibu hendak membangunkan saya. Karena seperti itulah, setiap pagi ibu datang ke rumah untuk memastikan saya sudah berangkat bekerja atau belum,” kenang Ketut Buda, yang merupakan anak keempat dari lima bersaudara keluarga pasangan I Wayan Madra dan Ni Made Nonokan. Ketut Buda juga mengaku tidak mendapat firasat apa pun sebelum ibunya meninggal dengan cara tak wajar.
“Kami sudah ikhlas, mungkin jalan almarhum (korban) harus meninggal dengan cara tragis seperti ini. Tapi, kami menginginkan pelaku bertanggung jawab. Kami berharap polisian bisa segera menangkap pelaku untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,” ujar salah satu anak korban, I Wayan Karta. Di sisi lain, sejumlah warga Banjar Karangjung, Desa Sembung mengungkapka lokasi tabrak lari itu memang rawan kecelakaan. Di tempat ini sudah beberapa kali terjadi lakalantar. “Baru-baru ini juga ada warga kami yang jatuh bersama motornya di tempat itu. Motornya kita kerek ramai-ramai dari sungai tersebut,” ujar seorang warga.
Karena rawan kecelakaan, warga setempat mengusulkan kepada Kapolres Badung agar dipasang rambu-rambu dan pengaman jalan di lokasi TKP. Kapolres Beny Arjanto pun berjanji akan berkoordinasi dengan Pemkab Badung untuk memasang pembatas jalan, agar kelak tidak kembali jatuh korban nyawa.
sumber : NusaBali