Jumat, 24 Pebruari 2012, 08:19
Aktivitas Aparat saat kerusuhan |
Sebanyak 31 napi yang dievakuasi dari LP Kerobokan untuk dipindahkankan penahanannya ke sejumlah LP di Bali, Kamis sore sekitar pukul 17.48 Wita, terdiri dari 14 napi warga asing dan 17 napi lokal. Dari 14 napi asing itu, 9 orang di antaranya wanita, yang semuanya dievakuasi ke LP Klungkung.
Sedangkan 5 napi warga asing lainnya yang semuanya laki-laki, 4 orang dievakuasi ke LP Karangasem dan 1 napi lagi dititipkan penahanannya ke sel Mapolresta Denpasar. Sebaliknya, untuk 17 napi local yang semuanya laki-laki, dievakuasi dari LP Kerobokan untuk selanjutnya dibawa ke LP Tabanan.
Pantauan proses evakuasi puluhan napi dari LP Kerobokan ini dimilai sejak sore pukul 17.48 Wita dan baru berakhir kemarin petang pukul 18.45 Wita. Awalnya, bus polisi bernomor XI - 31 - 802 mengangkut 9 napi warga asing wanita untuk dibawa ke LP Klungkung, lalu disusul bus polisi bernomor XI-32-802 yang
mengangkut 4 napi asing pria dibawa ke LP Karangaem.
mengangkut 4 napi asing pria dibawa ke LP Karangaem.
Setelah itu, evakuasi terakhir sekitar pukul 18.45 Wita, sebanyak 17 napi lokal dipindahkan dari LP Kerobokan ke LP Tabanan, menggunakan bus. Pada saat bersamaan, satu-satunya napi warga asing yang dititipkan penahanannya ke sel Mapolresta Denpasar, yakni Scott Anthony Rush, juga dievakuasi dari LP Kerobokan dengan bus polisi. Scott Anthony Rush merupakan warga Australia yang masuk kelompok Bali Nine, sebagai terpidana kasus narkoba.
Semula, petugas yang sudah berseragam lengkap dengan senjata, berencana mengevakuasi 60 napi warga asing, 13 napi anak-anak, dan 125 napi wanita, ke beberapa LP di Bali. Sempat juga tersiar kabar 12 pentolan napi di LP Kerobokan akan dipindahkan ke LP wilayah Jawa Timur, yakni Wayan Sumeda, Armika, Edi Suprianto, Darta, Gung Alit, Koming, Bador, I Wayan Suastika, Nestor, Agus Haryanto, Agus Setiawan, dan Wayan Bales.
Evakuasi 12 napi pentolan ini direncanakan akan dilakukan melalui penyergapan di dalam LP Kerobokan, dengan mengerahkan ratusan aparat kepolisian dan TNI. Namun, informasi soal skenario penyergapan tersebut keburu diketahui oleh 12 napi pentolan, sehingga terjadi ketegaangan. Para napi di LP Kerobokan berbelah menjadi dua kubu. Satu kelompok napi siap untuk dipindahkan dari LP Kerobokan, terutama mereka yang asal luar Bali. Sebaliknya, para napi kokal Bali menolak keras untuk dipindahkan ke tempat lain.
Ketegangan pun meledak. Para napi yang jumlahnya 31 orang akhirnya bisa dievakuasi dari LP Kerobokan, setelah dilakukan negosiasi yang alot. Negosiasi dilakukan antara petugas kepolisian bersama perwakilan dari Kemenkumham vs 15 pentolan napi. Dari negosiasi itu, sempat disepakati untuk mengevakuasi 60 napi warga asing, anak-anak, dan wanita. Namun, ternyata hanya sebagian napi yang bersedia dipindahkan dari LP Kerobokan.
Dari total 60 napi warga asing yang semula hendak dievakuasi ke beberapa LP di Bali, hanya 14 orang yang bersedia dievakuasi dari LP Kerobokan. Selebihnya, mereka ngotot minta tetap menjalani penahanan di LP terbesar di Bali ini. Dalam negosiasi sore itu, para napi juga meminta agar Kepala Pengamanan LP (PKLP) Kerobokan, Nanang Khuzaini, dicopot dari jabatannya, karena dinilai melakukan diskriminasi terhadap napi, terutama terkait masalah kesehatan. Selain itu, para napi juga meminta perbaikan sistem dan akomodasi di dalam LP Kerobokan ini.
Menkumham Amir Syamsuddin, yang kemarin sore berkunjung ke LP Kerobokan, memastikan tidak akan ada evakuasi paksa. Para napi ditawari evakuasi secara sukarela. Nah, mereka yang bersedia dievakuasi, langsung dipindahkan ke LP lainnya di Bali. "Kita tidak ingin ada evakuasi paksa," tegas Amir.
Amir menyatakan tidak ada lagi kekerasan di LP Kerobokan. Situasi sudah mulai reda. "Para napi wanita yang bersedia secara sukarela dievakuasi, masih berkemas dan mendaftarkan diri," lanjut politisi Demokrat yang kemarin meninggalkan LP Kerobokan sebelum tuntasnya evakuasi para napi ini.
Dijelaskan Amir, para napi lokal juga diberi kesempatan untuk bisa pindah dari LP Kerobokan. Pihaknya membuka kesempatan luas kepada siapa pun warga binaan yang mau pindah sejenak dari LP Kerobokan. Namun, yang menjadi prioritas lebih dulu adalah para napi asing, wanita, dan anak-anak. "Evakuasi sifatnya sukarela, sesuai dengan pilihan mereka," jelas Amir.
Dengan melihat kondisi LP Kerobokan yang sudah tidak layak huni, menurut Amir, tidak ada jalan lain keucuali memindahkan para penguhuninya. Bahkan, kelak bukan tak mungkin semua penghuni LP Kerobokan akan dipindah ke tempat lain. "Kita akan memindahkan napi yang ada, pemindahan dilakukan secara bertahap mulai hari ini (kemarin)," ujarnya. Saat ini, LP Kerobokan dihuni sekitar 1.015 napi, sementara kapasitasnya hanya hanya 323 orang. Artinya, terjadi kelebihan napi hingga 314 persen.
Menkumham juga menjamin kebutuhan logistik bagi penghuni LP Kerobokan pasca rusuh. "Suplai kebutuhan logistik mereka seperti makan dan minum, sudah berjalan sebagaimana mestinya," terang Amir. Demikian halnya dengan kondisi kesehatan napi di dalam LP, tidak perlu dikhawatirkan lagi, meskipun petugas keamanan kesulitan masuk.
"Untuk korban yang dirawat di rumah sakit (napi dan polisi yang terluka akibat kerusuhan Selasa malam hingga Rabu dinihari) sudah kami kunjungi. Kami tadi juga berdialog dengan mereka. Jadi, tidak ada korban tewas dalam kerusuhan di LP Kerobokan ini," jelas Amir yang kemarin didampingi Dirjen Pemasyarakatan Kemkumham, Sihabudin.
Sementara, Humas Kodam IX/Udayana Kolonel Wing Handoko menyatakan, para napi warga asing diprioritaskan dievakuasi dari LP Kerobokan, untuk menghindari jangan sampai mereka dijadikan sandera oleh napi lainnya. "Kita evakuasi napi asing untuk menghindari mereka dijadikan sandera oknum narapidana, dijadikan proses bargaining," ujar Wing Handoko saat dikonfirmasi detikcom terpisah, Kamis kemarin.
Jika sampai terjadi kasus penyanderaan, lanjut dia, bakal menimbulkan efek negatif untuk Indonesia. Masalah di LP Kerobokan pun bisa mendapat perhatian serius dari pihak luar. "Ini juga untuk menghindari gaung internasional kasus tersebut," tegas Wing Handoko.
Sekadar dicatat, ada total 60 napi warga asing di LP Kerobokan, terdiori dari 46 pria dan 14 wanita. Mereka mayoritas warga negara Australia dan AS yang tersangkut kasus narkoba, termasuk si cantik Scahella Leigh Corby, Ratu Mariyuana asal Australia yang tersangkut kasus penyelundupan 4,2 kg mariyuana. Sementara itu, aparat kepolisian dan TNI melakukan penjagaan ketat di LP Klungkung yang berlokasi di Jalan Mawar Semarapura, Kamis kemarin. Penjagaan ketat bahkan telah dilakukan sejak pagi sekitar pukul 11.00 Wita, menyusul rencana kiriman 20 napi dari LP Kerobokan.
Kabid Pelayanan Tahanan LP Klungkung, I Nengah Sudanta, mengatakan pihaknya sempat berkoordinasi dengan Kepala LP Klungkung, Cahyo Dewanto, yang sedang menjalani Diklat di luar daerah. “Dari koordinasi itu, diketahui ada rencana penitipan 20 napi asal LP Kerobokan ke LP Klungkung,” terang Nengah Sudanta.
Namun, informasi terakhir tadi malam, para napi yang dievakuasi ke LP Klungkung semuanya wanita, jumlahnya pun jauh berkurang (9 napi wanita warga asing). Sebelum menerima napi titipan dari LP Kerobokan, jumlah penghuni LP Klungkung tercatat hanya 37 napi.
Di sisi lain, pengamanan LP Kerobokan juga dilakukan superketat, Kamis kemarin, setelah sempat pecah lagi kerusuhan, Rabu (22/2) malam pukul 23.45 Wita yang ditingkahi aksi pelemparan batu dan bom molotov. Sekitar 500 petugas yang terdiri dari personel gabungan Batalyon 900/Raiders (satuan elite TNI), Brimob Polda Bali, Polresta Denpasar, dan Polres Badung dikerahkan menjaga LP Kerobokan. Pengamanan juga dilakukan melalui udara. Satuan Polairud Polda Bali mengerahkan helikopternya berputar-putar di atas kawasan Kerobokan. Bahkan, sejak siang pukul 13.30 wita, sepanjang Jalan Tangkuban Perahu---depan LP Kerobokan---dinyatakan steril.
sumber : NusaBali