Sabtu, 28 Januari 2012, 08:09
ist |
Dua korban tewas petaka pohon roboh di wilayah Karangasem masing-masing I Nyoman Bakti, 56 (warga Banjar Celincing, Desa Datah, Kecamatan Abang) dan I Wayan Dangin, 67 (warga dari Banjar Pande, Desa Nongan, Kecamatan Rendang). Bedanya, khusus untuk Wayan Dangin, korban meregang nyawa setelah tertimpa buah kelapa runtuh akibat tiupan angin kencang.
Informasi yang dihimpun di lapangan, korban Nyoman Bakti tewas akibat dihantam pohon lontar roboh di rumahnya di Banjar Celincing, Desa Datah, Jumat siang sekitar pukul 12.30 Wita. Tragisnya, korban justru tertimpa pohon lontar roboh saat sedang memperbaiki rumahnya yang rusak diterpa angin.
Menurut kesaksian menantu korban, Ni Nengah Sudani, siang itu mertuanya memperbaiki bagian dinding bangunan rumah yang rusak akibat angin kencang. Tiba-tiba, pohon lontar di sebelah rumahnya roboh menghantam Nyoman Bakti hingga kepalanya remuk. “Mertua saya (korban) jatuh dihantam pohon lontar, lalu kepalanya membentur batu,” tutur Nengah Sudani.
Sedangkan korban tewas lainnya di Karangasem adalah I Wayan Dangin, tukang pijat asal Banjar Pande, Desa Nongan, Kecamatan Rendang. Bedanya, korban Wayan Dangin meregang nyawa akibat diterjang buah kelapa runtuh. Sebetulnya, korban kejatuhan buah kelapa hingga tewas saat bencana angin kencang, Rabu
(25/1) sore. Namun, jasadnya baru ditemukan di tegalan, Kamis (26/1) petang sekitar pukul 18.00 Wita.
(25/1) sore. Namun, jasadnya baru ditemukan di tegalan, Kamis (26/1) petang sekitar pukul 18.00 Wita.
Kematian tragis Wayan Dangin berawal ketika sore itu korban dalam perjalanan pulang sehabis membantu kerabatnya yang melaksanakan upacara adat. Korban pulang ke rumahnya dengan melintasi tegalan yang banyak pohon kelapa. Namun, hingga malam, korban tak kunjung tiba di rumahnya.
Keesokan harinya, pihak keluarga dan warga sekitar melakukan pencarian korban. Ternyata, korban ditemukan telah tewas di tengah tegalan. Kematian korban diduka kuat akibat kejatuhan buah kelapa, karena di sekitar tubuhnya ditemukan beberapa butir kelapa yang baru jatuh. “Terang saja korban tewas akibat dihantam buah kelapa runtuh,” ungkap Kasubag Humas Operasional Polres Karangasem, AKP I Made Wartama, di Amlapura, Jumat kemarin.
Dengan jatuhnya 2 korban tewas di Karangasem, maka sejak bencana angin kencang di Bali tiga hari terakhir, ada total 6 korban tewas akibat petaka pohon roboh. Dari jumlah itu, 3 korban di antaranya jatuh di wilayah Tabanan, sedangkan 1 korban tewas lagi tertimpa pohon roboh di kawasan Sanur, Denpasar. Tiga korban tewas di wilayah Tabanan masing-masing I Wayan Tirtayasa, 33 (warga Banjar Antap Kelod, Desa Antap, Kecamatan Selemadeg, yang tewas tertimpa pohon kelapa roboh di tikungan Desa Nyitdah, Kecamatan Kerambitan, 26 Januari 2012), Ni Made Kasning, 32 (warga Banjar Batunya, Desa Batunya, Kecamatan Baturiti, yang tewas tertimpa pohon jaka roboh saat ngayah di jaba Pura Puseh desa setempat, 25 Januari 2012), dan I Nyoman Ginarta, 29 (warga Banjar Talang Pati, Desa Antapan, Kecamatan Baturiti yang tewas tertimpa pohon dapdap roboh di kebun miliknya, 25 Januari 2012).
Sedangkan satu-satunya korban tewas di Denpasar adalah Saifuddin Zuri, 28 (pekerja asal Pasuruan, Jawa Timur yang tewas tertimpa pohon roboh saat memotong pohon besar di kawasan Sanur, 26 Januari 2012). Secara keseluruhan, ada total 9 korban tewas akibat petaka pohon roboh di Bali selama 2 bulan terakhir, sejak 29 November 2011. Termasuk di dalamnya korban tewas tertimpa pohon di wilayah Buleleng dan Bangli (selengkapnya, lihat tabel). Hingga Jumat kemarin, bencana angin kencang masih mengamuk di sejumlah kawasan di Bali, hingga menimbulkan kerusakan fisik. Di wilayah Karangasem, sebuah rumah yang dihuni empat orang di Banjar Tempek, Desa Ababi, Kecamatan Abang, remuk tertimpa pohon roboh, Jumat pagi sekitar pukul 08.30 Wita. Untungnya, dalam musibah yang menimpa rumah keluarga I nengah Sukarya ini, seluruh penghuni rumah selamat dari maut. Namun, seorang bayu berumur 16 hari di rumah itu, I Made Antariksa, dilarikan ke RSUD Karangasem, kemudian dirujuk ke RS Sanglah, Denpasar karena mengalami luka lecet.
Sementara, bangunan SDN 6 Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem hancur akibat tertimpa pohon albesia roboh, Kamis petang pukul 18.00 Wita. Beruntung, tak ada korban jiwa maupun terluka dalam musibah ini, karena sekolah dalam keadaan kosong. “Namun, ruangan kelas V dan VI hancur. Sekitar 2.000 genteng jatuh berantakan,” ungkap penjaga SDN 6 Duda Timur, I Komang Nesa, Jumat kemarin.
“Saya berharap rehab ringan segera dilakukan. Masih ada waktu, karena libur Hari Raya Galungan,” jelas Kasek SDN 6 Duda Timur, I Ketut Suamba, yang kemarin melakukan pengecekan bersama Kelian Banjar Pateh, I Komang Puda. Sedangkan Kepala Disdikpora Karangasem, I Gede Ariyasa, mengaku belum dapat laporan mengenai seberapa banyak bangunan sekolah yang roboh dihantam pohon atau diterbangkan angin. “Nanti saya akan tugasnya staf mengecek ke lapangan. Ini kan musibah, bisa diusulkan perbaikannya melalui dana bencana,” jelas Ariyasa dikonfirmasi terpisah di Amlapura, Jumat kemarin.
Sementara itu, bencana amuk gelombang pasang untuk kesekian kalinya menerjang kawasan pantai di Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng. Menyusul cuaca ekstrim yang disertai angin kencang kali ini, berhektare-hektare sawah berisi tanaman padi yang baru disemai di tepi Pantai Bungkulan terendam air laut. Pantauan, Jumat kemarin, hamparan sawah yang terendam air laut merembet ke arah timur hingga dekat perbatasan Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Akibat bencana gelombang pasang ini, tanaman padi yang baru berumur beberapa hari pun rusak, warnanya berubah jadi kuning. Selain itu, abrasi juga mulai menghantui warga di Pantai Bungkulan, karena banyak lahan mreka yang sudah mulai tergerus air laut.
Menurut kesaksian Ni Made Ardiani, salah seorang warga di Pantai Bungkulan, gelombang pasang sudah terjadi sejak Tilem Kapitu, 23 Januari 2012 lalu. “Bukan hanya sawah yang tergenang air laut, tapi rumah-rumah warga di kawasan pantai juga terendam. Sedangkan tanaman padi yang tergenang air laut mulai menguning sejak kemarin (Kamis),” tutur Ardiani.
Menurut Ardiani, jauh-jauh hari sebenarnya warga setempat telah mengantisipasi bencana gelombang pasang. Caranya, dengan membikin tumpukan karung berisi pasir berderet di sepenjang pantai Desa Bungkulan. “Namun sayang, usaha itu sia-sia, karena gelombang sangat tinggi dan jauh lebih ganas dibanding perkiraan,” katanya.
Ini untuk kesekuan kalinya kawasan pantai Desa Bungkulan diterjang bencana gelombang pasang. Bencana terakhir muncul pada 10 Februari 2009 lalu. Akibat bencana kala itu, sebanyak 103 KK harus mengungsi karena rumah-rumah mereka di Pantai Bungkulan diterjang gelombang. Selain itu, berhaktere-hektare sawah juga berubah menjadi danau air asin.
Perlu dicatat, rumah-rumah penduduk di pantai Desa Bungkulan yang jadi amuk gelombang pasang kala itu terdiri dari 39 unit rumah di Dusun Dauh Munduk, 31 rumah di Dusun Badung, 20 rumah di Dusun Kubu Kelod, dan 12 rumah di Dusun Sema. Sebagaian besar dari 103 KK yang rumahnya diterjang ombak ini terpaksa mengungsi ke tempat aman.
sumber : NusaBali