Selasa, 17 Januari 2012, 05:59
DENPASAR - Anak buah kapal (ABK) asal Bali dalam Kapal Pesiar Costa Concordia yang tenggelam di perairan lepas Pantai Tuscan, Italia, Sabtu (14/1) Wita, bukan hanya dua orang. Jumlah krama Bali yang berada dalam kapal pesiar tersebut ternyata mencapai 59 orang, semuanya dalam keadaan selamat. Gubernur Made Mangku Pastika pun minta keluarga korban di Bali tidak panik.
Dari data yang dipaparkan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Bali I Wayan Wiratha, Senin (16/1), jumlah ABK asal Bali di Kapal Pesiar Costa Concordia tercatat 53 orang. Namun, berdasarkan data yang disampaikan Direktur Informasi-Media Kementerian Luar Negeri PLE Priatna, kru kapal dengan nama Bali di Costa Concordia yang tenggelam itu mencapai 59 orang.
Dari 59 AKB asal Bali dalam Costa Concordia yang tenggelam di Italia itu, termasuk di antaranya dua perempuan, yakni Ni Wayan Ariani dan I Gusti Ayu Putu Citra Dewi. Selebihnya, lelaki semua, seperti I Nengah Adiasa, I Kadek Alit Setia Arjana, I Putu Ari Wijana, I Nengah Ariana, I Made Tirtayasa Ariawan, I Made Soni Arimbawa, I Gede Wisnu Arsana, I Nyoman Astra Astawa, I Wayan Astawa, Pande I Putu Chita Darsa, I Putu Suniarta Samprangan, Dewa Putu Gede Budiarta, dan I Putu Agus Dedi Hendrawan. (Selengkapnya, lihat boks). Dua (2) dari total 59 ABK asal Bali di Kapal Pesiar Costa Concordia ini terluka akibat terinjak-anjak saat kapalnya karam, hingga sempat dirawat di sebuah rumah sakit terdekat, RS Santo
Stefano, Italia. Mereka masing-masing I Kadek Agus Wijaya dan I Gusti Putu Suartana.
Stefano, Italia. Mereka masing-masing I Kadek Agus Wijaya dan I Gusti Putu Suartana.
Ke-59 krama Bali ini merupakan bagian dari total 170 ABK asal Indonesia yang berada dalam Kapal Pesiar Costa Concordia saat tenggelam di perairan lepas Pantai Tuscan ketika perjalanan menuju Cagliari (Italia) dan Barcelona (Spanyol). Seluruh ABK asal Indonesia ini selamat dari maut. Sedangkan 40 ABK yang dilaporkan hilang dan belasan lagi yang tewas, semuanya dari negara lain.
Seluruh 170 ABK asal Indonesia yang selamat dari maut dalam musibah tenggelamnya Costa Concordia, kapal pesiar berbendera Italia, rencananya akan dipulangkan ke Tanah Air, mulai Selasa (17/1) ini. "Proses pemulangannya direncanakan mulai besok (hari ini) oleh perusahaan. Tapi, itu tentu tergantung penyelesaian dokumen, selain juga harus pesan tiket terlebih dulu," ujar Minister Counsellor Penerangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Roma Musurifun Lajawa, Senin kemarin.
Menurut Musurifun, kemarin siang perusahaan kapal pesiar tersebut masih menyelesaikan hak-hak para ABK, terutama mengenai gaji dan kompensasi mereka. "Setelah mengalami kecelakaan ini, para kru diminta istrirahat dulu biar tenang. Biaya pemulangan ditanggung perusahaan," tambah Musurifun. Perusahaan yang menaungi Kapal Pesiar Costa Concordia, kata Musurifun, memberikan prioritas kepada para ABK tersebut jika suatu saat mereka berniat bekerja lagi di sana. "Kontrak mereka itu delapan bulan. Ada yang baru bekerja beberapa hari, sebulan, hingga 6 bulan. Berbeda-beda," imbuhnya dilansir detikcom, kemarin.
Secara terpisah di Denpasar, Senin kemarin, Kepala Disnakertrans Bali Wayan Wiratha, menyatakan ada 53 ABK asal Bali bekerja di Kapal Pesiar Costa Concordia yang tenggelam itu. Mereka saat ini sedang ditangani oleh KBRI Roma. Wiratha menyebutkan, dari informasi yang diperoleh, hanya ada dua ABK asal Bali yang terluka dalam musibah tenggelamnya Kapal Pesiar Costa Concordia tersebut. Namun, Pemprov Bali melalui Disnakertrans terus mengupayakan informasi yang valid soal nasib para ABK asal Pulau Dewata ini.
Menurut Wiratha, pihaknya juga terus memantau perkembangan para korban kapal pesiar karam di Italia, melalui Bidang Penyaluran Tenaga Kerja Disnakertrans Bali. "Data pasti lebih lanjut, akan diterbitkan oleh KBRI di Roma,” jelas Wiratha.
Berdasarkan data hasil penelusuran Disnakertrans Bali, menurut Wiratha, hingga Desember 2011 lalu terdapat 14.944 TKI asal Bali yang bekerja di luar negeri. Dari jumlah itu, sebagian besar yakni sekitar 11.106 orang bekerja di kapal pesiar. Sedangkan sisanya, 3.838 orang, pilih bekerja di wilayah daratan seperti menjadi karyawan hotel, tenaga terapi di spa, hingga jabatan tertinggi sebagai asisten manajer pada berbagai bidang usaha akomodasi pariwisata.
Mereka disalurkan berbagai perusahaan penyalur tenaga kerja untuk bekerja di sejumlah perusahaan kapal pesiar. “Mayoritas TKI asal Bali yang mencari nafkah ke luar negeri memilih bekerja di kapal pesiar. Mereka rata-rata bekerja di kapal pesiar dengan kontrak selama 8-10 bulan," kata Wiratha. Ditambahkan Wiratha, TKI asal Bali lebih tertarik bekerja di kapal pesiar karena waktu kontrak relatif singkat dibandingkan kerja di wilayah daratan. Kalau kerja di hotel luar negeri, misalnya, rata-rata kontraknya paling singkat selama 2 tahun. Artinya, setelah ke luar negeri selama 2 tahun, barulah mereka bisa pulang bertemu keluarga di Bali.
Di sisi lain, Gubernur Made Mangku Pastika melalui Kepala Biro Humas Pemprov Bali I Ketut Teneng, meminta keluarga para ABK korban musibah tenggelamnya Kapal Pesiar Costa Concordia agar tidak panik. Pemprov Bali sendiri masih berupaya mencari informasi valid tentang nasib mereka.
Menurut Ketut Teneng, pihak Disnakertrans Bali juga berupaya maksimal melakukan penanganan dan informasi soal para korban kapal pesiar tenggelam yang notabene pahlawan devisa bagi negara dan daerah Bali ini. ”Gubernur minta keluarga para TKI tidak panik. Kita juga berupaya maksimal mendapatkan informasi dan kejelasan nasib para pekerja kapal pesiar tersebut,” ujar Ketut Teneng saat dikonfirmasi secara terpisah di Denpasar, Senin kemarin.
Ditegaskan Ketut Teneng, meski ada musibah tenggelamnya Kapal Pesiar Costa Concordia yang di dalamnya berisi puluhan ABK asal Bali, pengirimkan tenaga kerja ke luar negeri dari Pulau Dewata tidak akan dihentikan. Sebab, yang namanya musibah, bisa terjadi di mana saja dan tak bisa diduga kapan terjadinya. Apalagi, lanjut dia, pekerjaan di sejumlah hotel di luar negeri dan kapal pesiar paling diminati krama Bali. “Jadi, Pemprov Bali tidak ada kebijakan melakukan evaluasi, apalagi stop pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Selama ini, krama Bali sangat antusias bekerja di kapal pesiar. Mereka rata-rata punya keterampilan hebat-hebat dan disiplin. Potensi ini tidak boleh dihilangkan hanya karena insiden di Italia,” tandas birokrat asal Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng, ini. Sementara itu, Jro Mangku Badra, ayah salah seorang ABK di Kapal Pesiar Costa Concordia asal Karangasem, I Wayan Dedy Hendrawan, mengaku bersyukur putranya selamat dari maut dalam musibah di Italia. “Syukurlah anak saya selamat, tidak terjadi apa-apa. Informasi yang saya terima, anak saya sekarang telah tinggal di sebuah hotel di Italia untuk sementara,” terang Jro Mangku Badra saat ditemui di kediamannya, Banjar Pengawan, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Senin siang.
Wayan Dedy Hendrawan, kata Jro Mangku Badra, telah bekerja di Kapal Pesiar Costa Concordia sejak 6 bulan lalu. Sejak pertama berangkat, anaknya itu belum pernah pulang ke Bali. Dedy Hendrawan berangkat kerja ke kapal pesiar dengan meninggalkan seorang anak, buah perkawinannya dengan Ni Kadek Kasih Tiari (wanita asal Banjar Sukaluwih, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, Karangasem). Sebelum tenggelamnya kapal pesiar tersebut, Jro Mangku Badra mengaku tidak ada firasat apa-apa.
sumber : NusaBali