Rabu, 28 Desember 2011, 11:59
Geothermal Project Illustration - v/g yan andie |
Keputusan stop proyek Geothermal Bedugul ini disampaikan Gubernur Pastika melalui jumpa pers seusai meresmikan Gong Perdamaian di Denpasar, Selasa (27/12). Pastika menyebutkan pihaknya putuskan untuk hentikan proyek Geothermal Bedugul, sesuai dengan surat keputusan Gubernur Bali sebelumnya, Dewa Made Beratha, dan Ketua DPRD Bali (waktu itu) Ida Bagus Putu Wesnawa.
Apalagi, setelah penolakan Gubernur Dewa Beratha dan Dewan pada 2008 lalu itu, Pastika selaku Gubernur Bali yang baru setahun berikutnya juga sudah sempat menolak proyek Geothermal. Alasan penolakan ini, kata Pastika, karena dari aspek teknis dan sosial, proyek Geothermal Bedugul tidak bisa diterima.
“Saya berketetapan sama seperti surat saya yang dulu. Saya putuskan proyek Geothermal ini dihentikan. Bukan sementara dihentikan, tapi dihentikan,” tandas Pastika. "Dengan penolakan saya ini, saya harap polemik yang muncul mengenai masalah Geotermal bisa dihentikan, sehingga masyarakat dapat berkonsentrasi pada masalah yang lain," lanjut Pastika yang kemarin didampingi Kepala Biro Humas dan
Protokol Pemprov Bali, I Ketut Teneng.
Protokol Pemprov Bali, I Ketut Teneng.
Menurut Pastika, penolakan kembali proyek Geothermal Bedugul ini sama sekali bukan karena dasar pertimbangan politis. Tapi, keputusan dibuat berdasarkan kajian teknis dari Badan Lingkungan Hidup, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), dan ahli-ahli kehutanan. “Dari hasil kajian itu, memang dikatakan sangat sulit jika eksplorasi Geothermal diwujudkan," imbuh mantan Kapolda Bali dan Kalakhar BNN berpangkat Komjen Pol (Purn) ini.
Dari sisi pertimbangan ekonomis, kata Pastika, memang masuk akal perhitungan yang disampaikan Menteri ESDM Jero Wacik. "Tapi, siapa yang bisa memastikan dengan persis apa benar di setiap titik yang dieksplorasi memendam banyak energi panas bumi? Terlebih, di setiap satu titik eksplorasi dibutuhkan lahan seluas 4 hektare. Jika semua titik dieksplorasi sesuai dengan perencanaan awal, itu berarti bisa mencapai ujung hutan kawasan Batukaru," katanya. Belum lagi, efek Geothermal dari sisi dampak budaya yang jelas-jelas telah mendapat penolakan dari masyarakat Bali.
Atas keputusan stop proyek Geothermal Bedugul ini, Pastika menyatakan siap menjawab jika nanti Jero Wacik datang menanyakannya. “Kalau beliau (Jero Wacik) datang ke kita, ya saya akan jawab,” tegas Gubernur Bali pertama yang berasal dari kiawasan Buleleng ini.
Setelah memutuskan stop proyek Geothermal, Pemprov Bali akan mencarikan alternatif energi listrik dari sumber pembangkit yang lain. Salah satunya, proyek listrik Bali Crossing yang potensial menghasilkan listrik hingga 3.000 MW. Selain itu, juga genjot kelanjutan proyek pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng yang menjanjikan potensi energi hingga 780 MW.
Tenaga listrik sebesar 3.000 MW dari proyek Bali Crossing ini, menurut Pastika, bisa memenuhi kebutuhan listrik Bali sampai tahun 2025. “Saya dapat info dari Menteri BUMN Dahlan Iskan bahwa proyek Bali Crossing ini sudah tender,” ujar Pastika.
Bali Crossing dengan kabel SUTET (Saluran Tegangan Ekstra Tinggi) akan dibawa dari Gilimanuk (Kecamatan Melaya, Jembrana) ke daerah Kapal (Kecamatan Mengwi, Badung). Pastika amat berharap proyek Bali Crossing terwujud, sehingga kebutuhan listrik Bali aman sampai tahun 2025.
Menyinggung nasib proyek PLTGU Celukan Bawang, menurut Pastika, hal ini akan ditindaklanjuti dengan mengecek ke PLN. Pastika sendiri sebelumnya ikut berangkat ke China untuk menyaksikan penandatanganan MoU antara pemerintah Indonesia dan pemerintah China dalam proyek PLTGU Celukan Bawang. Setelah MoU-nya diteken di China, PLTGU Celukan Bawang yang mengandalkan bahan bakunya batu bara kini terbengkalai. Komisi III DPRD Bali pun sudah merekomendasikan untuk cari investor baru bagi proyek PLTGU Celukan Bawang ini.
Sementara itu, pihak Partai Demokrat meminta Pemprov Bali segera mencarikan sumber energi alternatif untuk mengatasi ancaman krisis listrik, pasca keputusan stop proyek Geothermal Bedugul. Ketua DPD Demokrat Bali, Made Mudarta, mengingatkan Pulau Dewata sebagai daerah pariwisata sangat memerlukan energi listrik, selain juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Menurut Mudarta, kalau proyek Geothermal ditolak, harus dicarikan energi listrik lainnya dengan sumber yang menjamin dari sisi keamanan, ramah lingkungan, dan murah. Sedangkan proyek Bali Crossing dengan kabel bawah laut, kata dia, sangat rawan dengan ancaman keamanan.
“Teroris yang ingin menggelapgulitakan Bali, bisa saja menggangu jaringan kabel bawah laut ini. Namanya juga teror, hal ini harus diantisipasi,” kata Mudarta secara terpisah di Denpasar, Selasa kemarin.
Mudarta memaparkan, di sejumlah negara maju, Geothermal menjadi sumber energi listrik yang dipilih, karena kajian-kajian teknis yang dipakai dasarnya. “Kita dalam hal ini tidak mau masuk ke percekcokan soal Geothermal, tapi harus ada solusi. Mungkin saja pemikiran seorang Jero Wacik (Menteri ESDM yang juga anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Red) adalah atas dasar keinginan agar Bali aman dari krisis listrik, sehingga Geothermal dianggap solusi,” tegas Mudarta.
sumber : NusaBali