Selasa, 12 Juli 2011, 08:29
DENPASAR - Kapal Motor (KM) Jimy Wijaya 09 karam di perairan Samudra Hindia, sekitar 120 mil dari perairan Bali, Kamis (7/7) lalu. Sebanyak 25 anak buah kapal (ABK)-nya berhasil dievakuasi ke Pelabuhan Benoa, Denpasar Selatan, Senin (11/7), sementara 6 ABK KM Jimy Wijaya 09 lainnya belum diketahui nasibnya termasuk sang nakhoda, Abdullah.
Ke-25 ABK kapal karam ini dievakuasi ke Pelabuhan Benoa oleh KRI Malahayati 362, Senin pagi sekitar pukul 10.30 Wita. Para korban kapal karam ini disambut langsung oleh Danlanal Denpasar, Kolonel Laut Wayan Suarjaya, bersama Basarnas Bali, anggota Tim SAR, dan Dinas Sosial Provinsi Bali. Dari Pelabuhan
Benoa, 25 ABK yang selamat dari maut ini kemarin langsung dibawa ke rumah singgah di Jalan By Pass Ngurah Rai Padanggalak, Denpasar Timur.
Benoa, 25 ABK yang selamat dari maut ini kemarin langsung dibawa ke rumah singgah di Jalan By Pass Ngurah Rai Padanggalak, Denpasar Timur.
Menurut Komandan KRI Malahayati 362, Letkol Laut (P) Rudhi Aviantara, KM Jimy Wijaya 09 ini karam di Samudra Hindia, tepatnya 60 mil dari dari Pantai Cijarian, Jawa Barat, Kamis lalu. Karamnya kapal penangkap ikan bermuatan 31 ABK ini pertama kali diketahui salah satu helikopter milik kapal perang Amerika Serikat ‘USS Cowpens CG63’, Jumat (8/7) pahi sekitar pukul 08.00 WIB.
"Saat itu, helikopter ‘USS Cowpens CG63’ sedang patroli dan melihat ada dua ABK terapung-apung di tengah laut seraya minta tolong. Dua ABK itu kemudian dinaikkan ke helikopter," jelas Rudhi Aviantara saat ditemui seusai KRI Malahayati 362 bersandar di Pelabuhan Benoa, Senin pagi.
Rudhi mengisahkan, tak lama setelah 2 ABK dinaikkan ke helikopter, Kapal Induk USS Cowpens CG63 kemudian datang ke lokasi karamnya KM Jimy Wijaya di Samudra Hindia untuk memberikan pertolongan. Awalnya, 23 ABK kapal karam menolak untuk dievakuasi, karena masih berusaha memperbaiki kapalnya. Kapal Induk Amerika pun menyerah, kemudian memberi bantuan makanan kepada 23 ABK yang masih di atas kapalnya yang karam.
Namun, karena kerusakan kapal karam itu bertambah parah, akhirnya 23 ABK yang semula menolak dievakuasi, mau juga naik ke kapal perang Amerika Serikat USS Cowpens CG63. Sedangkan KRI Malahayati 362, yang juga mendapat laporan, langsung meluncur dari Pelabuhan Benoa, Sabtu (9/7), menuju Kapal Induk USS Cowpens CG63, yang rencananya akan melakukan latihan bersama dengan AL Australia.
Kedatangan KRI Malahayati tujuannya hanya satu: menjemput para ABK korban kapal karam. "KRI Malahayati kebetulan poisinya paling dekat dengan lokasi kapal karam, yaitu sekitar 120 mil dari perairan Bali. Makanya, kami yang menjemput mereka (para ABK)," papar Rudhi.
Menurut Rudhi, 25 ABK korban kapal karam itu diserahterimakan dari pihak Kapal Induk USS Cowpens CG63 ke KRI Malahayati pada Minggu (10/7). Saat diserahterimakan, 25 ABK semuanya dalam keadaan sehat. "Sekarang, 25 ABK ini kami titipkan ke Dinas Sosial Bali," lanjut Rudhi.
Sementara itu, salah satu ABK korban kapal karam, Purnomo, 34, mengatakan KM Jimy Wijaya yang dinakhodai Abdullah berangkat dari Jakarta, Senin (4/7), menuju Samudra Hindia untuk mencari ikan. Tiga hari kemudian, Kamis malam sekitar pukul 20.00 WIB, kapal penangkap ikan cakalang ini mengalami kerusakan di tengah laut. Salah satu pipa kapal bocor, hingga mengakibatkan air laut masuk ke dalam kapal.
Menurut Purnomo, seluruh kru KM Jimy Wijaya berusaha melakukan perbaikan dan menguras air laut yang sudah masuk ke badan kapal. Namun, usaha mereka sia-sia. "Jumat dinihari, kapal sebetulnya bisa ditangani dengan menambal kebocoran pakai kayu," kenang ABK asal Pekalongan, Jawa Tengah ini.
Namun, lanjut Purnomo, pada Jumat pagi sekitar pukul 07.00 WIB, kapalnya kembali mengalami kebocoran yang lebih parah hingga tak bisa ditangani lagi. Saat itulah sebuah helikopter yang ternyata milik Kapal Perang AS melintas di udara, disusul kedatangan Kapal Induk USS Cowpens CG63 untuk menyelamatkan 25 ABK.
"Saya bersama salah seorang teman ABK sempat menceburkan diri ke laut, kemudian ditolong oleh helikopter tersebut. Akhirnya, 23 ABK yang lain juga diangkat ke atas Kapal Induk," papar Purnomo. Hanya saja, menurut Purnomo, ada 6 ABK lagi yang belum diketahui nasibnya sampai saat ini. Dari 6 ABK yang hilang itu, termasuk di antaranya sang nakhoda kapal, Abdullah. Apalagi, ke-6 ABK itu menolak dievakuasi. "Saya tidak tahu kondisi mereka sekarang, karena waktu ditinggalkan, kapal akan tenggelam tapi mereka masih mencoba memperbaikinya," terang Purnomo.
Sumber : NusaBali