NEGARA, Selasa 8 Maret 2011
Satu lagi korban tenggelam saat rekreasi pasca Nyepi Saka 1933 di perairan pantai Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, ditemukan petugas. Dia adalah I Gede Riski Candra Wisnaya, 18, yang ditemukan tim gabungan Basarnas dan Polair Polda Bali dalam kondisi tewas, Senin (7/3) subuh pukul 05.00 Wita. Dengan demikian, masih ada tiga korban lainnya yang belum ditemukan.
Sehari sebelumnya, Minggu (6/3) petang, satu korban tenggelam juga sudah langsung ditemukan beberapa jam pasca musibah, yakni I Putu Abdi Prayoga, 18. Seperti halnya Riski Candra Wisnaya, korban Putu Abdi Prayoga juga ditemukan dalam kondisi sudah jadi mayat.
Sedangkan tiga korban tenggelam yang hingga Senin petang belum juga ditemukan, masing-masing I Komang Maradona, 18, I Gede Agus Krisdiyanto, 18, dan I Putu Juli Artika, 17. Ketiga korban yang masih hilang dan dua korban yang telah ditemukan selamat ini semuanya merupakan pemuda dari Desa Tista, Kecamatan Busungbiu, Buleleng.
Mereka sebetulnya rekreasi dan mandi di pantai Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana pas ngembak gni (sehari pasca) Nyepi Saka 1933, Minggu sore, bersama tiga pemuda asal Desa Tista lainnya. Namun, tiga rekannya itu berhasil selamat dari maut, masing-masing I Putu Sumardiana, 19, I Gede Sudarmawan, 18, dan I Komang Setiawan, 18, semuanya pemuda asal Banjar Munduk Tengah, Desa Tista.
Jasad korban Gede Riski Candra Wisnaya sendiri baru ditemukan, Senin subuh, tak jauh dari lokasi tenggelam di perairan pantai Desa Pangyangan, Pekutatan. Jasad Riski Candra kemarin langsung dibawa keluarganya ke rumah duka, di di Dusun Penataran, Desa Tista, Kecamatan Busungbiu, Buleleng yang jaraknya sekitar 65 km arah barat Kota Singaraja.
Kepala Kantor SAR Denpasar, I Ketut Parwa, menyatakan pencarian terhadap tiga korban tenggelam yang belum ditemukan, terus ditingkatkan dengan melibatkan aparat Polri dari Polres Jembrana, anggota TNI, para nelayan, dan warga sekitar. Menurut Ketut Parwa, radius pencarian dilakukan hingga Pantai Soka, Tabanan (arah timur) dan Pantai Gilimanuk, Jembrana (arah barat), dengan rentang waktu tujuh hari ke depan. “Ini batas maksimum, tapi bisa saja kita perpanjang lagi jika korban belum ditemukan,” terang Parwa di sela-sela pencarian korban di sekitar pantai Desa Pangyangan, Senin kemarin. Parwa menegaskan, pihaknya telah mengumumkan kepada masyarakat dan nelayan untuk membantu melakukan pencarian korban.
Sementara itu, tiga dari lima pemuda Desa Tista yang jadi korban tenggelam saat rekreasi ngembak gni Nyepi di pantai Desa Pangyangan merupakan keluarga dari anggota DPRD Buleleng, I Ketut Sanjono. Mereka masing-masing Komang Maradona (belum ditemukan), Gede Agus Krisdiyanto (belum ditemukan), dan Gede Riski Candra Wisnaya (telah ditemukan tewas).
Ketiga korban yang merupakan keluarga anggota Dewan ini merupakan siswa SMAN 2 Busungbiu. Ketiga korban sekeluarga ini tinggal di Dusun Penataran, Desa Tista. Selain ketiga pemuda sekeluarga ini, ada satu lagi korban tenggelam yang berstatus siswa SMAN 2 Busungbiu, yakni Putu Juli Artika.
Saat NusaBali berkunjung kerumah duka di Dusun Penataran, Desa Tista, Senin siang, keluarga Gede Riski Candra Wisnaya tampak masih terpukul. Bahkan, Ketut Sanjono, anggota Fraksi PDIP DPRD Buleleng, tampak mukanya masih sembab akibat mengangis lantaran kehilangan tiga anggota keluarganya. Ketut Sanjono yang kini duduk di Komis A DPRD Buleleng, mengaku tidak percaya musibah yang menimpa keluarganya sehari pasca perayaan Nyepi. Menurut Sanjono, korban tewas Riski Candra Wisnaya merupakan keponakannya. Riski Candra Wisnaya adalah anak dari Made Astia, adik kandung Sanjono. Sedangkan dua korban hilang. Komang Maradona dan Agung Krisdiyanto, masing-masing anak dari I Made Oka dan I Gede Juli Puspawa. Ayah mereka masih keluarga Sanjono.
Menurut Sanjono, almarhum Riski Candra sejak kecil tinggal bersama neneknya, Ni Putu Marniti. Itu sebabnya, sang nenek sangat terpukul atas kematian tragis Riski Candra. Bahkan, Marniti hingga kemarin sore tidak mau keluar kamar karena masih shock mendapati cucunya pulang tak nyawa. “Maaf ya, ibu saya (Martini) tidak mau keluar. Dia masih shock berat. Karena dia yang paling dekat dengan Riski Candra, lantaran sejak kecil ibu saya yang mengasuhnya,” terang Sanjono yang kemarin didampingi ayah korban, I Made Astia, kepada NusaBali.
Ketika ditanya kronologis kejadian, Sanjono mengaku tidak tahu persis. “Saya tidak tahu kalau dia (Riski Candra) akan pergi ke pantai Desa Pangyangan. Kalau saya tahu, pasti saya larang. Soalnya, saya tahu pantai itu sangat berbahaya. Sudah berbahaya, tidak terpasang larangan berenang di sana,” sesal Sanjono. “Sebenarnya, saya sudah sering mengingatkan keponakan saya (Riski Candra) agar jangan sekali-kali berenang di pantai Desa Pangyangan. Namun, khusus saat kejadian, saya tidak ketemu dia. Kalau ketemu, pasti saya larang,” imbuh politisi PDIP ini.
Paparan senada disampaikan ayah korban Riski Candra, I Made Astia. Menurut Astia, sejak dirinya bercerai dengan sang istri, Luh Endang (asal Sumbawa, NTB), Riski Candra yang kala itu masih kecil diserahkan kepada neneknya, Ni Putu Marniti (ibunda Astia), untuk mengasuh putra sulungnya itu. Tak heran jika Riski Candra sangat dekat dengan neneknya dan sang paman, Ketut Sanjono. Sedangkan Made Astia sendiri sempat merantau sebagai TKI di Korea Selatan. Dikisahkan Astia, saat anaknya tenggelam di pantai Desa Pangnyangan, dirinya sedang berada di Denpasar. “Kebetulan, Nyepi tahun ini saya tidak pulang ke Desa Tista, tapi tinggal di Denpasar. Saya hanya berkomunikasi lewat HP dengan anak saya (Riski Candra),” jelas Astia.
Terakhir kali, Astia mengaku berkomunikasi dengan Riski Candra korban saat malam pangrupukan Nyepi, Jumat (3/3). “Tidak ada hal aneh yang dibicarakan anak saya waktu itu. Dia hanya menanyakan kabar saya dan kenapa tidak pulang. Komunikasinya sama seperti hari-hari biasa,” kenang Astia. Ditambahkan Astia, keluarganya di Desa Tista juga tidak ada yang dapat firasat buruk atau mimpi aneh sebelum kejadian. Hanya saja, keluarga besarnya di Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng dapat menghubungi Astia soal tenda besi yang tiba-tiba roboh tanpa sebab.
“Saat ini sedang ada persiapan karya. Sebelum musibah menimpa kami, keluarga di Banyuatis mengatakan tenda besi yang sudah terpasang tiba-tiba roboh semua. Itu saja kejadian aneh yang terjadi. Tapi, saya tidak pernah berpikir itu pertanda buruk akan menimpa keluarga kami,” keluh Astia seraya menyatakan pihaknya belum menentukan kapan jenazah Riski Candra akan dimakamkan. 7 pam,k20
sumber : NusaBali